Tidak ada habisnya jika
kita berbicara mengenai nikmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala, betul?. Hal ini selaras
dengan apa yang Allah Ta’ala firmankan, “Jika kalian menghitung nikmat Allah,
kalian tidak akan dapat menghitungnya...”. (QS. Ibrahim: 34). Ada sebuah kisah di
dalam hadits shahih yang sangat panjang riwayat al-Imam al-Bukhari dalam kitab
Ahadits al-Anbiya’, Bab: Abrash, Aqra wa A’ma (Si Belang, Si Botak dan Si Buta)
no. 3464 dan al-Imam Muslim dalam kitab az-Zuhd wa ar-Raqa’iq no. 2964 yang menjelaskan
tentang nikmat dan syukur yang bisa kita jadikan ibrah (terkhusus bagi pencopy-paste
yang bodoh lagi dha’if ini, red). Nah berikut ini adalah matan haditsnya;
عن
أَبي هُرَيْرَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِنَّ ثَلَاثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى فَأَرَادَ
اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا
فَأَتَى الْأَبْرَصَ فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ
وَجِلْدٌ حَسَنٌ وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ قَالَ فَمَسَحَهُ
فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ وَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا قَالَ فَأَيُّ
الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الْإِبِلُ أَوْ قَالَ الْبَقَرُ شَكَّ إِسْحَقُ إِلَّا
أَنَّ الْأَبْرَصَ أَوْ الْأَقْرَعَ قَالَ أَحَدُهُمَا الْإِبِلُ وَقَالَ الْآخَرُ
الْبَقَرُ قَالَ فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا
قَالَ فَأَتَى الْأَقْرَعَ فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ شَعَرٌ حَسَنٌ
وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ
عَنْهُ وَأُعْطِيَ شَعَرًا حَسَنًا قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ
الْبَقَرُ فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلًا فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا قَالَ
فَأَتَى الْأَعْمَى فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ أَنْ يَرُدَّ اللَّهُ
إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ قَالَ فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ
بَصَرَهُ قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الْغَنَمُ فَأُعْطِيَ شَاةً
وَالِدًا فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا قَالَ فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ الْإِبِلِ
وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ الْبَقَرِ وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ الْغَنَمِ قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ
أَتَى الْأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ قَدْ انْقَطَعَتْ
بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي فَلَا بَلَاغَ لِي الْيَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ
أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ
بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِي سَفَرِي فَقَالَ الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ فَقَالَ لَهُ
كَأَنِّي أَعْرِفُكَ أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ
اللَّهُ فَقَالَ إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ فَقَالَ إِنْ
كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ قَالَ وَأَتَى الْأَقْرَعَ فِي
صُورَتِهِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ
عَلَى هَذَا فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ قَالَ
وَأَتَى الْأَعْمَى فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ
انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي فَلَا بَلَاغَ لِي الْيَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ
ثُمَّ بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا
فِي سَفَرِي فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَخُذْ مَا
شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ فَوَاللَّهِ لَا أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ شَيْئًا أَخَذْتَهُ
لِلَّهِ فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ فَقَدْ رُضِيَ عَنْكَ وَسُخِطَ
عَلَى صَاحِبَيْكَ
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه,
dia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ bersabda,
“Ada tiga orang dari bani Israil, yaitu: Penderita penyakit sopak (belang), orang
berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin
menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat. Maka
datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita berpenyakit sopak
dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, Ia
menjawab : “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan
banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan
hilanglah penyakit itu, serta diberilah Ia rupa yang bagus, kulit yang indah,
kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Lalu kekayaan apa yang paling kamu
senangi ?”, Ia menjawab : “Unta atau sapi”. Ishaq (rawi) ragu. Kemudian
diberilah Ia seekor unta yang sedang bunting, dan Ia pun didoakan : “Semoga
Allah memberikan berkahNya kepadamu dengan unta ini.”
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Kemudian Malaikat tadi
mendatangi orang yang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu
yang paling kamu inginkan?”, Ia menjawab: “Rambut yang indah, dan apa yang
menjijikan di kepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu
hilanglah penyakitnya, serta diberilah Ia rambut yang indah, kemudian malaikat
tadi bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang kamu senangi ?”. Ia menjawab :
“Sapi atau unta”, maka diberilah Ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya
didoakan: “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat mendatangi
orang yang buta, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu
inginkan?”, Ia menjawab: “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku
sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu
dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi
kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi ?”, Ia menjawab : “Kambing”,
maka diberilah Ia seekor kambing yang sedang bunting.
Selanjutnya orang pertama
dan kedua mengurusi kelahiran unta dan sapi mereka, demikian pula dengan orang
ketiga, Ia mengurusi kelahiran kambingnya. Orang pertama memiliki satu lembah unta,
yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah
kambing. Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan, ‘Kemudian
datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit sopak,
dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit sopak, dan
berkata kepadanya: “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku
(untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat
meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian
dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan,
kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor
unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak
dan dijawab : “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata
kepadanya: “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dahulu orang
yang menderita penyakit sopak, dan orang-orang merasa jijik kepada anda, dan
dahulu pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta
kekayaan ?”, Dia malah menjawab: “Harta kekayaan ini warisan dari nenek
moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya: “Jika
anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda
semula”.
Kemudian malaikat tadi
mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya
disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang
yang pernah menderita penyakit sopak, serta ditolaknya pula permintaannya
sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata: “Jika
anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan
semula”.
Kemudian malaikat tadi
mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu disaat
ia masih buta, dan berkata kepadanya: “Aku adalah orang yang miskin, yang
kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk
mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan
perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan
anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor
kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab: “Sungguh
aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa
yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya
tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil
karena Allah”. Maka malaikat tadi berkata: “Peganglah (tahanlah, red) harta
kekayaan anda, karena sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah, Allah
telah meridhai anda, dan memurkai kedua teman anda.” [Shahih, al-Bukhari No.
3464, Muslim No. 2964]
Asy-Syaikh al-Imam Muhammad
bin ‘Abdul Wahhab at-Tamimi an-Najdi –raheemahullaahu- memasukkan hadits ini
dalam kitab beliau (Kitab Tauhid) dan memberi catatan pada poin keempat, “Maa
fii haazhihil qishshatil ‘ajiibati minal ‘ibaril ‘adziimati” i.e
Pelajaran-pelajaran besar yang tersimpan di dalam kisah yang unik ini. Kemudian
pensyarh Kitabut Tauhiid, asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan ‘alu asy-Syaikh –raheemahullaahu-
menjelaskan kandungannya.
Apa Pelajaran Yang Bisa
Kita Ambil?
Beliau (i.e asy-Syaikh ‘Abdurrahman
bin Hasan) –raheemahullaahu- mengatakan, “Ini adalah hadits agung yang
mengandung pelajaran. Dua orang pertama mengingkari nikmat Allah, keduanya
tidak mengakui nikmatNya, keduanya tidak menisbatkan nikmat kepada Sang
Pemberinya, keduanya tidak menunaikan hak Allah padanya, maka keduanya
mendapatkan murka. Adapun si buta, maka dia mengakui nikmat Allah, dia
menisbatkan nikmat itu kepadaNya, dia menunaikan hak Allah padanya, maka ia
memperoleh keridha’an dari Allah karena dia menunaikan hak syukur nikmat pada
saat dia menunaikan tiga rukun syukur dimana syukur tidak tegak tanpanya, yaitu
mengakui nikmat dan menisbatkannya kepada Sang Pemberinya i.e Allah Subhaanahu
wa Ta’ala, serta membelanjakannya pada jalan yang Dia cintai.
Al-‘Allamah Ibn al-Qayyim
(al-Jauziyyah) –raheemahullaahu- berkata i.e di dalam kitab Madarij as-Salikin
2/135-144: ‘Asal syukur adalah pengakuan terhadap pemberian nikmat dari Sang
Pemberi nikmat disertai dengan ketundukan, kerendahan dan kecintaan kepadaNya.
Barangsiapa tidak mengetahui nikmat, dia jahil (bodoh) terhadapnya, maka dia
tidak mensyukurinya. Barangsiapa mengetahuinya namun dia tidak mengetahui Sang
Pemberinya maka dia tidak bersyukur juga. Barangsiapa mengetahui nikmat dan
Sang Pemberinya, namun dia mengingkarinya seperti seorang pengingkar
mengingkari nikmat pemberi nikmat maka dia mengkufurinya. Barangsiapa
mengetahui nikmat Sang Pemberi nikmat, mengakui dan tidak mengingkarinya, namun
dia tidak tunduk kepadaNya, tidak mencintaiNya, dan tidak rela (ridha)
kepadaNya, maka dia tidak bersyukur juga. Barangsiapa mengetahuinya, mengetahui
Sang Pemberi nikmat, mencintai dan meridhaiNya, menggunakannya untuk ketaatan
kepadaNya dan di jalan yang Dia cintai, maka inilah orang yang bersyukur. Syukur
memerlukan ilmu hati, perbuatan yang mengikuti ilmu, yaitu kecenderungan kepada
Sang Pemberi nikmat, mencintai dan tunduk kepadaNya’.” [Fathul Majid
Syarh Kitabut Tauhiid, Bab Tafsir Fushshilat: 50]
== Selesai Kutipan ==
Adapun hal lain yang bisa
kita ketahui dari dzahir hadits diatas adalah –CMIIW-;
[1]. Di jaman dahulu, masih
ada orang-orang shalih dari kalangan bani Isra’il, seperti seorang buta yang
dikisahkan dalam hadits diatas yang kokoh terhadap ajaran Nabinya
[2]. Nikmat yang Allah Ta’ala
berikan kepada seseorang adalah sebuah ujian, apakah ia bersyukur, tawadhu’ dan
mampu merealisasikan syukur tersebut di jalan yang Allah cintai atau tidak.
Adalah fakta bahwa tidak sedikit manusia yang terlena dengan nikmat yang Allah
berikan hingga lalai mensyukurinya, tidak mengakui nikmatNya, tidak mau
menisbatkan nikmat tersebut kepada Allah Ta’ala, tidak mau menunaikan hakNya
dan tidak mau menggunakan nikmat itu di jalanNya sebagaimana seorang penderita
sopak dan seorang botak yang dikisahkan dalam hadits diatas
Wallaahu Subhaanahu wa Ta’ala
a’lamu..
____
Referensi:
Fathul Majid Syarh Kitabut
Tauhiid hal. 1065-1074, asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan ‘alu asy-Syaikh.
0 Respones to "Syukur Itu Membawa Nikmat"
Posting Komentar