Ada sepotong kisah sederhana yg cukup inspiratif yg mungkin bisa memotivasi diri kita agar menjadi pribadi yg pandai bersyukur, tidak hanya di lisan, namun juga di hati yg pada akhirnya mampu dimanifestasikan dlm bentuk amalan nyata,..
Kurang lebih ceritanya begini;
Ada sepasang suami istri sederhana yg baru saja pulang dari bepergian, di tengah perjalanan qodarullah hujan turun membasahi bumi. Kebetulan mereka tidak memiliki payung, sehingga menggunakan 4 hasta pelepah daun pisang sebagai gantinya. Angin bertiup cukup kencang hari itu sehingga hembusan air membuat basah pakaian lusuh mereka. Selang beberapa waktu kemudian melintaslah sepasang suami istri, berboncengan diatas sepeda motor tepat di depan mereka. Sang suami berkata kepada istrinya, “Bu, kalau saja kita punya sepeda motor seperti mereka, mungkin kita bisa cepat sampai di rumah, meskipun tetap kehujanan, paling tidak kita bisa segera mengganti pakaian kita yg basah”. Beberapa menit kemudian pasangan pengendara motor disalip oleh sepasang suami istri yang mengendarai mobil pick-up tua di arah yang sama. Berkatalah sang suami kepada istrinya, “Bu, seandainya kita punya mobil seperti mereka, kita tidak akan kehujanan, bahkan bisa jadi akan lebih cepat sampai ke rumah. Meskipun hanya sekedar mobil tua, tidaklah mengapa. Yg penting tidak kebasahan dan kedinginan seperti sekarang!”. Tak lama berselang, pengendara mobil tua berpapasan dengan seorang lelaki muda yang mengendarai mobil mewah di depannya. Dikisahkan bahwa ia adalah seorang eksekutif muda. Seperti halnya pasangan-pasangan sebelumnya, sang suami pun berkata kepada istrinya, “Bu, kalau saja kita punya mobil mewah semewah mobil milik lelaki muda yang lewat tadi, sungguh bahagia rasanya. Memang kita tidak kehujanan (dengan mobil yg kita punya saat ini) dan tidak pula kedinginan, tapi membosankan kan?, lagipula mobil kita juga sudah mulai tua”. Di ujung cerita, pengendara mobil mewah (akhirnya) berpapasan dengan sepasang suami istri sederhana yang berjalan di jalan yg sama. Lelaki tersebut kemudian bergumam, “Sungguh (Nampak) bahagia sekali hidup mereka, berjalan mesra bersama, seperti tanpa beban. Hujan tidaklah menghalangi mereka untuk saling berbagi. Tidak seperti diriku, yang hidup terpisah jauh dari istri karena kesibukan masing-masing, tak ada banyak waktu bagi kami tuk saling berbagi. Duhai seandainya hidupku seperti mereka!”..
Begitulah hidup. Tidak ada kata puas dalam jiwa manusia, terutama yang bersentuhan dengan urusan dunia. Ketika melihat kehidupan duniawi orang lain, akan muncul perasaan ‘kurang’ yang selalu mendorongnya melengkapi sesuatu yang dirasa kurang tersebut sampai mendapatkannya, dan umumnya hal tersebut akan terus berlangsung hingga jiwa terkendali dalam naungan ad-dien yang menyejukkan, Wallaahu a'lam. Dalam Jaami’ul Ulum wa al-Hikam, kitab syarh hadits arba’in karya Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali, al-Fudhail bin Iyyadh pernah mengatakan bahwa Qana’ah (merasa cukup dan bersyukur atas rizki -berapapun- yang Allah berikan [tanpa sekalipun menafikan ikhtiar, red] atau dengan nikmat apapun yang Allah anugerahkan, red) adalah zuhd. Dan zuhd itulah kekayaan sejati..
By; Old Nakula
Labels: My Notes
8 Respones to "Sepenggal Kisah Pendek"
thanks , bermanfaat :)
28 Oktober 2013 pukul 07.32
ijin yak..
19 Desember 2013 pukul 05.21
Dwi novianto ya?
9 Mei 2014 pukul 01.17
terima kasih. ijin copaste ngge..
17 November 2014 pukul 03.29
HATUNUHUN ;-) :-)
30 September 2015 pukul 23.57
HATUR NUHUN :-)
30 September 2015 pukul 23.57
hatur nuhun ;-)
30 September 2015 pukul 23.58
HATUR NUHUN
1 Oktober 2015 pukul 00.04
Posting Komentar