Kemudian Allah Ta’ala
menyebut golongan kedua seraya berfirman, ‘Sesungguhnya
mereka yang beriman dan beramal shalih,’ maksudnya mereka yang
menggabungkan antara keimanan kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, Hari Akhir dan takdir baik dan buruk dengan
amal shalih, dari yang wajib maupun yang mustahab, ‘tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.’ Amalan yang baik
maksudnya apabila seorang hamba menginginkan dengan amalannya itu Wajah Allah
dan mengikuti syariat Allah dan (juga tidak) sedikit pun (tersia-siakan).
Bahkan, Allah menjaganya untuk orang-orang yang mengamalkannya dan memberikan
balasan yang sempurna dengan pahala sesuai amalan mereka.
Allah Ta’ala menyebutkan
pahala mereka dengan berfirman, ‘Mereka itulah
(orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya;
dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar
di atas dipan-dipan yang indah’.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman
vol. 4, juz. 15, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Penjelasan di atas menurut kami sangat jelas, dan sekaligus merupakan sanggahan terhadap pernyataan/pendapat nyleneh bin rancu dari Pak Yai
MFM tersebut. Apalagi Allah Ta’ala berfirman dalam ayatNya yang lain;
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang
diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
Artinya agama selain Islam
itu tidak diridhai dan tidak diterima di sisi Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Al-‘Allamah
as-Sa’dy –raheemahullaahu (w. 1376 H) menjelaskan; “Allah Ta’ala memberitakan, ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah,’
maksudnya, agama yang mana Allah tidak memiliki agama selainnya dan tidak
pula diterima selainnya adalah ‘Islam’,
yang artinya ketundukan kepada Allah semata, secara lahir maupun batin dengan
apa yang disyariatkanNya melalui lisan rasul-rasulNya, Allah Ta’ala berfirman;
“Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Maka barangsiapa yang
beragama dengan selain agama Islam, maka hakikatnya ia tidak beragama untuk
Allah. Karena ia tidak menempuh jalan yang disyariatkanNya melalui lisan
rasul-rasulNya.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 1,
juz. 3, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Keganjilan dan “keajaiban” lain
dari pendapat Pak Yai ini bisa kita temukan pada kutipan selanjutnya sebagai berikut;
What?, apa kami tidak salah
dengar Pak Yai?, “Yahudi atau Nasrani, asal mereka punya iman yang kokoh dan
beramal saleh, bagi mereka pahala yang besar. Itu diakui.” Kira-kira di
al-Qur’an surat apa dan ayat ke berapa ya?. Bagaimana dengan firman Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berikut?;
وَقَدِمْنَا
إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
berterbangan.” (QS. al-Furqan: 23)
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا
جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ
سَرِيعُ الْحِسَابِ (39
“Dan orang-orang kafir amal-amal
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya,
lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An-Nur: 39)
مَّثَلُ
الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ
فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ
الْبَعِيدُ
“Orang-orang yang kafir
kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin
dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrahim: 18)
Al-‘Allamah as-Sa’dy –raheemahullaahu-
(w. 1376 H) menjelaskan;
(لا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ) ولا على مثقال ذرة منه
لأنه مبني على الكفر والتكذيب
“‘Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah
mereka usahakan (di dunia).’ Bahkan tidak (mampu mendapatkan
manfaat) sebesar biji dzarrah pun dari amalannya. Pasalnya, amalan tersebut
berpondasi pada kekufuran dan pendustaan.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol.
4, juz. 13, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Pak Yai juga bilang, “Surga
itu tidak milik satu agama tertentu.” Bukankah ini statement yang
subjective Pak Yai?, dalilnya apa?. Sudah berlalu penjelasannya bahwa
satu-satunya agama yang Allah Ta’ala ridhai hanyalah Islam. Maka tidak masuk
akal jika Allah Ta’ala menyediakan pula surgaNya bagi penganut agama lain selain Islam (yang nyata-nyata tidak Dia ridhai). Tahukah anda para pembaca yang
budiman (note: kalau Pak Yai seharusnya sudah tahu lah, jadi pertanyaan ini kami tujukan hanya untuk para pembaca, red), bahwa kelak di akhirat, orang-orang kafir itu
menginginkan sekiranya dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim?. Kalau
tidak percaya, perhatikan firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala berikut;
الر
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ وَقُرْآنٍ مُبِينٍ (1) رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ (2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأَمَلُ
فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (3
“Alif, laam, raa. (Surat)
ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu
(ayat-ayat) Al-Qur'an yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu
seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia)
menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. al-Hijr: 1-3)
Itulah harapan orang-orang
kafir (baik itu dari kalangan Yahudi, Nashara, Majusi dan penyembah berhala lainnya) yang tidak akan pernah
terwujud di akhirat kelak i.e keingingan menjadi orang-orang muslim (di dunia).
Al-‘Allamah as-Sa’dy –raheemahullaahu- (w. 1376 H) menjelaskan;
Al-‘Allamah as-Sa’dy –raheemahullaahu- (w. 1376 H) menjelaskan;
أن
ما هم عليه باطل وأن أعمالهم ذهبت خسرانا عليهم
“Mereka akan mengetahui
bahwa keyakinan yang mereka pegangi adalah bathil, amalan-amalan mereka
akan lenyap menjelma menjadi kerugian yang musti mereka tanggung.” (Taiseer
al-Kareem ar-Rahman vol. 4, juz. 14, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Terakhir Pak Yai bilang, “Jadi
jangan melecehkan orang lain karena perbedaan agama.” Pak Yai juga harus
bilang ke mereka dong (biar adil), “Janganlah kalian lecehkan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Rabb kalian semua wahai Yahudi dan Nashara.” Apa bukti pelecehan mereka?, Tatkala
Allah Ta’ala menjelaskan kepada makhluqNya (mengenai diriNya) bahwa;
لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
“Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan.” (QS. al-Ikhlas: 3)
Mereka, kaum Yahudi dan Nashara itu malah melecehkan Allah Ta’ala dengan mengatakan;
قَالَتِ
الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ
قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ
اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan orang-orang Yahudi
berkata: ‘Uzair itu putera Allah.’ Dan orang-orang Nashrani
berkata: ‘Al-Masih itu putera Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan
mulut-mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu,
dilaknati Allah-lah mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling?.” (QS. at-Taubah:
30)
Manakah ucapan yang lebih
keji Pak Yai, melecehkan sesama makhluq atau melecehkan Allah Subhaanahu wa Ta’ala?.
Kalau ada orang yang mengimani dan mengatakan secara terang-terangan bahwa
Yahudi dan Nashrani itu kafir, tempat mereka kelak adalah neraka Jahannam itu dianggap sebagai tindakan pelecehan terhadap mereka, maka bagaimanakah sikap Pak Yai terkait
firman Allah Ta’ala yang sangat tegas berikut?;
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih
putera Maryam”.” (QS. Al Maidah: 17)
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ
فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah: 6)
Silahkan dipikirkan Pak Yai. Wallaahu Subhaanahu wa Ta’ala
a’lamu.
Sumber:
2). Taiseer al-Kareem
ar-Rahman vol. 1, vol. 4 dengan tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail
Labels:
Ad-Dien
0 Respones to "Pemikiran GanJIL Sang Tokoh JIL (Bag. 2)"
Posting Komentar