Perumpamaan Dunia Dalam QS. Al-Kahfi: 45-46




Entah mengapa setiap kali membaca berita di koran, mengakses situs-situs berita di internet, atau melihat berita di televisi, kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, korupsi, perzinahan/ perselingkuhan dan berbagai macam tindak kejahatan lainnya selalu marak diiberitakan. Contoh kongkretnya adalah berita yang dilansir oleh reporter Detik dot Com hari ini yang bertajuk; “Maling Motor Kawakan Diciduk Usai Beraksi di 24 Lokasi” (dari judulnya saja sudah serem) atau berita lain yang bertajuk; “Terlibat Korupsi Rp 207 Juta, Kebakesbanpolinmas Kota Mojokerto Dipenjara” dll. Pertanyaan retoris yang kemudian muncul adalah; Apa sih yang mereka cari sampai nekad berbuat kriminal seperti itu?. Apakah hanya sekedar bersenang-senang saja, atau sekedar menyalurkan hobby dan bakat yang tidak pernah tersalurkan (masa hobby-nya kriminal sih. Kesimpulan: dua kemungkinan pertama rasanya mustahal, red) atau karena alasan yang lain?. Apapun kemungkinannya, jawaban dari pertanyaan diatas tidak akan jauh dari urusan syahwat dunia. Realita menunjukkan kalau bunga dunia itu memang menarik, menggoda dan menggiurkan jiwa-jiwa bani Adam. Hingga tidak sedikit manusia (baik laki-laki maupun perempuan) yang rela melakukan apa saja (tanpa mempedulikan sisi halal dan haramnya) untuk mendapatkannya, meskipun harus merampas (harta orang lain dengan cara yang bathil, cara ribawi dll), mencuri, hingga membunuh sekalipun!. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama;

( فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ ). أخرجه البخاري
“Demi Allah!, bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku takutkan atas kalian, akan tetapi yang aku takutkan adalah jika dunia dibentangkan (lebar-lebar) atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian, lalu kalian (saling) berlomba-lomba padanya sebagaimana orang-orang sebelum kalian (saling) berlomba-lomba dan (akhirnya dunia) menghancurkan kalian sebagaimana ia telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Al-Bukhariy No. 3158).

Sangat sedikit orang-orang kaya di zaman ini (kalaupun mereka mendapatkan harta dengan cara yang halal, red) yang meneladani kehidupan para shahabat yang mulia semisal Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallaahu ‘anhu atau Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu yang masyhur akan kekayaannya namun rela membelanjakan hampir seluruh hartanya di jalan Allah Ta’ala dan untuk amal shalih. Wallaahu a’lam. Ada sebuah pelajaran yang sangat berharga (sekaligus bahan perenungan, red) yang bisa dipetik dari firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala berikut;

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)

Dijelaskan oleh asy-Syaikh al-‘Allamah as-Sa’di –rahemahullaahu Ta’ala- dalam tafsirnya;

يقول تعالى لنبيه صلى الله عليه وسلم أصلا ولمن قام بوراثته بعده تبعا: اضرب للناس مثل الحياة الدنيا ليتصوروها حق التصور، ويعرفوا ظاهرها وباطنها، فيقيسوا بينها وبين الدار الباقية، ويؤثروا أيهما أولى بالإيثار. وأن مثل هذه الحياة الدنيا، كمثل المطر، ينزل على الأرض، فيختلط نباتها، تنبت من كل زوج بهيج، فبينا زهرتها وزخرفها تسر الناظرين، وتفرح المتفرجين، وتأخذ بعيون الغافلين، إذ أصبحت هشيما تذروه الرياح، فذهب ذلك النبات الناضر، والزهر الزاهر، والمنظر البهي، فأصبحت الأرض غبراء ترابا، قد انحرف عنها النظر، وصدف عنها البصر، وأوحشت القلب، كذلك هذه الدنيا، بينما صاحبها قد أعجب بشبابه، وفاق فيها على أقرانه وأترابه، وحصل درهمها ودينارها، واقتطف من لذته أزهارها، وخاض في الشهوات في جميع أوقاته، وظن أنه لا يزال فيها سائر أيامه، إذ أصابه الموت أو التلف لماله، فذهب عنه سروره، وزالت لذته وحبوره، واستوحش قلبه من الآلام وفارق شبابه وقوته وماله، وانفرد بصالح، أو سيئ أعماله، هنالك يعض الظالم على يديه، حين يعلم حقيقة ما هو عليه، ويتمنى العود إلى الدنيا، لا ليستكمل الشهوات، بل ليستدرك ما فرط منه من الغفلات، بالتوبة والأعمال الصالحات، فالعاقل الجازم الموفق، يعرض على نفسه هذه الحالة، ويقول لنفسه: قدري أنك قد مت، ولا بد أن تموتي، فأي: الحالتين تختارين؟ الاغترار بزخرف هذه الدار، والتمتع بها كتمتع الأنعام السارحة، أم العمل، لدار أكلها دائم وظلها، وفيها ما تشتهيه الأنفس وتلذ الأعين؟ فبهذا يعرف توفيق العبد من خذلانه، وربحه من خسرانه.

“Allah Ta’ala berfirman pertama-tama kepada NabiNya Shalallaahu ‘alaihi wa sallama dan terarah kepada orang-orang yang mewarisi (misinya) sepeninggal beliau secara otomatis, ‘Buatkanlah untuk manusia, (الحياة الدنيا مثل) ‘perumpamaan kehidupan dunia’, agar mereka mengimajinasikannya dengan benar dan mengetahui (seluk-beluknya) zahir dan batin, membandingkannya dengan kampung akhirat, dan mengutamakan manakah yang seharusnya dikedepankan. Sesungguhnya permisalan kehidupan dunia, ibarat air hujan yang turun ke tanah. Kemudian tumbuh-tumbuhan menjadi subur, menumbuhkan segala macam tanaman yang sedap dipandang. Pada saat perhiasan dan keindahannya menyebabkan para pemandangnya senang dan membuat orang-orang yang menyaksikannya ceria serta menawan pandangan insan-insan yang lalai, tiba-tiba ia berubah menjadi (هشيما تذروه الرياح) ‘kering yang diterbangkan oleh angin’, akibatnya tanaman yang indah dan bunga yang memikat serta panorama yang menarik menjadi sirna. Tanah menjadi penuh dengan debu. Fokus padangan pun beralih darinya, mata-mata berpaling darinya menyebabkan hati sesak.

Demikian pula kondisi dunia, di saat pemiliknya terpukau dengan masa mudanya, berhasil mengalahkan kawan-kawan dan memunguti bunga-bunga kelezatannya, larut dalam kenikmatan-kenikmatannya di seluruh waktunya, dan diapun menyangka akan senantiasa di dalamnya di seluruh hari-harinya, tiba-tiba kematian mendatanginya atau kehancuran menimpa harta bendanya, kgembiraannya pudar, kelezatan dan kegirangannya hilang. Hatinya sesak karena didera berbagai macam kepedihan. Dia pun terpisah dengan masa mudanya, kekuatan, dan kekayaannya. Tinggal sendirian ditemani amal baik atau (amal) buruknya.
Pada saat itulah, orang zhalim menggigit dua tangannya lantaran mengetahui kondisinya yang nyata dan berangan-angan bisa kembali ke dunia (untuk memperbaiki diri). Bukan untuk menuntaskan nafsu syahwatnya, akan tetapi dalam upaya menambal kekurang-kekurangan yang dia kerjakan berupa kelalaian-kelalaian, dengan taubat dan beramal shalih.
Orang yang cerdik lagi berkepribadian kuat yang meraih (taufik dari Allah) menghadirkan kondisi ini ke hadapan matanya. Kemudian berkata kepada dirinya sendiri, ‘Anggap saja engkau sudah mati dan pasti engkau akan mati, kondisi manakah yang engkau pilih, tertipu dengan keindahan tempat ini (dunia) dan bersenang-senang layaknya binatang ternak yang sedang berkeliaran, ataukah beramal untuk tempat yang perjamuannya abadi dan naungannya (yang juga demikian). Di dalamnya terdapat apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata. Dengan ini bisa diketahui, apakah seorang hamba mendapatkan taufik atau tersia-siakan, memperoleh keuntungan atau kerugian.”

Kemudian Allah Ta’ala berfirman di ayat selanjutnya;

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا (46

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
asy-Syaikh al-‘Allamah as-Sa’di –rahemahullaahu Ta’ala- kembali melanjutkan;

ولهذا أخبر تعالى أن المال والبنين، زينة الحياة الدنيا، أي: ليس وراء ذلك شيء، وأن الذي يبقى للإنسان وينفعه ويسره، الباقيات الصالحات، وهذا يشمل جميع الطاعات الواجبة والمستحبة من حقوق الله، وحقوق عباده، من صلاة، وزكاة، وصدقة، وحج، وعمرة، وتسبيح، وتحميد، وتهليل، وتكبير، وقراءة، وطلب علم نافع، وأمر بمعروف، ونهي عن منكر، وصلة رحم، وبر والدين، وقيام بحق الزوجات، والمماليك، والبهائم، وجميع وجوه الإحسان إلى الخلق، كل هذا من الباقيات الصالحات، فهذه خير عند الله ثوابا وخير أملا فثوابها يبقى، ويتضاعف على الآباد، ويؤمل أجرها وبرها ونفعها عند الحاجة، فهذه التي ينبغي أن يتنافس بها المتنافسون، ويستبق إليها العاملون، ويجد في تحصيلها المجتهدون، وتأمل كيف لما ضرب الله مثل الدنيا وحالها واضمحلالها ذكر أن الذي فيها نوعان: نوع من زينتها، يتمتع به قليلا ثم يزول بلا فائدة تعود لصاحبه، بل ربما لحقته مضرته وهو المال والبنون ونوع يبقى وينفع صاحبه على الدوام، وهي الباقيات الصالحات.

“Oleh karena itu, Allah Ta’ala memberitahukan bahwa kekayaan dan anak-anak adalah (زينة الحياة الدنيا) ‘perhiasan kehidupan dunia’, maksudnya tidak ada fungsi lainnya. Perkara yang abadi bagi seorang manusia, bermanfaat dan membahagiakannya adalah amalan-amalan yang kekal lagi shalih. Ini mencakup seluruh jenis ketaatan yang wajib atau sunnah, yang bertalian dengan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia berupa shalat, zakat, sedekah, haji, umrah, bertasbih (mengucapkan) tahmid, tahlil dan (takbir), membaca (Al-Qur’an), mencari ilmu yang bermanfaat, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, menjalin tali silaturahim, berbakti kepada kedua orang tua, melaksanakan hak-hak istri, budak-budak dan hewan-hewan serta seluruh jenis perbuatan baik yang ditujukan kepada sesama manusia.

Ini semua termasuk baqiyyatush shalihat (amalan-amalan yang kekal lagi shalih). Amal perbuatan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah dan lebih baik untuk menjadi harapan. Pahalanya lestari dan berlipat ganda selama-lamanya. Pahala, kebaikan dan kegunaan amalan itu senantiasa diharap-harap di waktu yang diperlukan. Inilah yang sepatutnya (menjadi ajang) perlombaan bagi orang-orang yang berlomba dan (wahana) adu cepat bagi orang-orang yang beramal, serta (menjadi media) ketekunan untuk meraihnya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh.

Cermatilah, bagaimana Allah menggariskan perumpamaan dunia dan kondisinya serta kepudarannya, Allah menyebutkan bahwa di dalamnya terdapat dua macam (hakikat): Jenis (pertama) yang menjadi sumber keindahannya yang akan dinikmati sejenak kemudian lenyap tanpa faidah yang kembali bagi pemiliknya. Dan bahkan tidak menutup kemungkinan dia terkena kemudharatannya yaitu harta dan anak. Dan jenis (kedua) yang abadi bagi pemiliknya secara lestari, yaitu baqiyyatush shalihat (amalan yang kekal lagi shalih).” (Taisir al-Kareem ar-Rahman Fii Tafsir Kalam al-Mannan vol. 4, juz. 15)


Demikianlah, Allah Ta’ala membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai dunia agar manusia berhati-hati darinya, tidak tertipu dengannya dan tidak terperosok jauh ke dalamnya. Wallaahu Ta’ala a’lamu.


0 Respones to "Perumpamaan Dunia Dalam QS. Al-Kahfi: 45-46"

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula