Asal Muasal Kesombongan



Darimanakah cikal bakal kesombongan itu?. Jauh sebelum bani Adam (anak cucu Adam, red) hidup di dunia (baca: bumi), ternyata kesombongan itu sudah ada jauh-jauh hari. Dimanakah itu?, di Surga. Adalah Iblis, makhluk yang pertama kali menunjukkan sifat buruk lagi tercela itu ketika menolak perintah Allah Tabaaraka wa Ta’ala untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘Alaihissalam. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (11.....

“.... kemudian Kami katakan kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam.’ Maka mereka pun bersujud kecuali Iblis, ia tidak termasuk mereka yang bersujud.” (QS. Al-A’raf: 11)

Berkata asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir bin Abdillah bin Nashir bin Hamd as-Sa’di at-Tamimi an-Najdy al-Hambali –raheemahullaahu-:

أبى أن يسجد له، تكبرا عليه وإعجابا بنفسه

“Iblis menolak bersujud karena kesombongan diri dan ‘ujub terhadap dirinya.” [Taisir al-Kareem ar-Rahman vol. 3, juz. 8]


Apa sebab?

Allah Ta’ala berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12

“Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau menciptakan saya dari api sedang dia engkau ciptakan dari tanah.’” (QS. Al-A’raf: 12)

Ya,.. Iblis menganggap dirinya lebih baik dari Nabi Adam dengan alasan ia diciptakan dari api sedangkan Nabi Adam dari tanah. Padahal hujjahnya tersebut tidaklah berdasar. Asy-Syaikh as-Sa’di –raheemahulaahu- menjelaskan:

وهذا القياس من أفسد الأقيسة، فإنه باطل من عدة أوجه :

منها: أنه في مقابلة أمر اللّه له بالسجود، والقياس إذا عارض النص، فإنه قياس باطل، لأن المقصود بالقياس، أن يكون الحكم الذي لم يأت فيه نص، يقارب الأمور المنصوص عليها، ويكون تابعا لها.

فأما قياس يعارضها، ويلزم من اعتباره إلغاءُ النصوص، فهذا القياس من أشنع الأقيسة.

ومنها: أن قوله: ( أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ) بمجردها كافية لنقص إبليس الخبيث. فإنه برهن على نقصه بإعجابه بنفسه وتكبره، والقول على اللّه بلا علم. وأي نقص أعظم من هذا؟

ومنها: أنه كذب في تفضيل مادة النار على مادة الطين والتراب، فإن مادة الطين فيها الخشوع والسكون والرزانة، ومنها تظهر بركات الأرض من الأشجار وأنواع النبات، على اختلاف أجناسه وأنواعه، وأما النار ففيها الخفة والطيش والإحراق.

“Ini adalah kias paling rusak. Ia bathil dari berbagai segi:

Diantaranya bahwa ia merupakan bentuk penentangan terhadap perintah sujud dari Allah, dan suatu kias yang bertentangan dengan dalil adalah kias (yang) batil, karena maksud dari kias adalah menjadikan hukum yang tidak ada dalil padanya mendekati perkara yang ada dalil padanya dan mengikutinya. Adapun kias yang bertabrakan dengannya yang jika ia diambil maka ia berkonsekuensi dibuangnya dalil, maka ini merupakan kias yang paling buruk.

Diantaranya juga, bahwa ucapannya ( أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ) ‘Saya lebih baik daripadanya’ sudah cukup dengan sendirinya menunjukkan kekurangan Iblis yang busuk, karena dia telah membuktikan kekurangannya dengan ‘ujub dan takaburnya. Berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. Adakah kekurangan yang lebih besar dari ini?

Diantaranya juga, bahwa dia telah berdusta dalam mengunggulkan api diatas tanah, karena tanah mengandung ketenangan, ketentraman, dan keseimbangan. Darinya muncul keberkahan bumi dari pohon-pohonan dan berbagai macam tanaman dengan berbagai jenis dan macamnya. Lain halnya dengan api, ia membakar, mudah terombang-ambing dan ceroboh.” [Taisir al-Kareem ar-Rahman vol. 3, juz. 8]


Akibat dari kesombongannya itulah, Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengusirnya dari Surga. Namun demikian, makhluk yang sombong ini tidak tinggal diam, ia akan terus menggoda dan mengajak serta bani Adam bersamanya, menjauh dari kampung asalnya i.e Surga dan bergabung bersamanya di dalam Neraka kelak. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17

“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalanMu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Asy-Syaikh as-Sa’di –raheemahullaahu- menjelaskan:

أي: قال إبليس - لما أبلس وأيس من رحمة اللّه - ( فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ ) أي: للخلق ( صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ) أي: لألزمن الصراط ولأسعى غاية جهدي على صد الناس عنه وعدم سلوكهم إياه.

( ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ) أي: من جميع الجهات والجوانب، ومن كل طريق يتمكن فيه من إدراك بعض مقصوده فيهم.

ولما علم الخبيث أنهم ضعفاء قد تغلب الغفلة على كثير منهم، وكان جازما ببذل مجهوده على إغوائهم، ظن وصدَّق ظنه فقال: ( وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ) فإن القيام بالشكر من سلوك الصراط المستقيم، وهو يريد صدهم عنه، وعدم قيامهم به، قال تعالى: إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ .

وإنما نبهنا اللّه على ما قال وعزم على فعله، لنأخذ منه حذرنا ونستعد لعدونا، ونحترز منه بعلمنا، بالطريق التي يأتي منها، ومداخله التي ينفذ منها، فله تعالى علينا بذلك، أكمل نعمة.

“Yakni Iblis berkata manakala dia telah putus harapan dan putus asa dari rahmat Allah, ( فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ ) ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka’, yakni manusia ( صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ) ‘dari jalanMu yang lurus.’ Yakni aku akan menguntit jalan dan aku benar-benar akan berusaha dengan segenap kemampuanku untuk mencegah orang-orang darinya agar tidak melewati jalan itu. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ) وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ) ‘Kemudian saya akan mendatangi mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.’ Yakni dari segala arah dan jurusan dan dari segala jalan yang padanya dia mampu mewujudkan maksudnya pada mereka. Manakala Iblis yang buruk ini mengetahui bahwa mereka adalah lemah, kelalaian telah menguasai banyak dari mereka, dan dia sendiri telah bertekad bulat untuk mengeluarkan segala upayanya untuk menyesatkan mereka, maka dia mengira –dan memang perkiraannya benar- dia berkata, ( وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ) ‘Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.’ Karena bersyukur termasuk meniti jalan yang lurus. Sementara dia ingin menghalang-halangi manusia darinya (i.e jalan yang lurus, red) dan dari bersyukur. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Allah Ta’ala memperingatkan kita dari apa yang Iblis katakan dan dia tekadkan untuk melakukannya, agar kita berhati-hati darinya, bersiap-siap menghadapi musuh kita, menjaga diri darinya. Dengan kita berilmu (mengetahui) jalan-jalan dari mana dia datang, dan celah-celah dimana dia menyusup darinya, maka dengan itu Allah telah memberi nikmat kepada kita dengan kenikmatan yang paling sempurna.” [Taisir al-Kareem ar-Rahman vol. 3, juz. 8]


Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat Iblis yang sombong dan ‘ujub itu, dari sifat merasa lebih baik, lebih tinggi dari yang lain, lebih berhak masuk Surga daripada yang lain, lebih baik dan lebih afdhal ilmunya daripada yang lain, dan sifat merasa lebih dan lebih lainnya, dan semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari tipu dayanya. Amieen....


Ba’da Magrib

Lengkong Kecil, Paledang, Bandung



0 Respones to "Asal Muasal Kesombongan"

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula