Di balik faidah (manfaat)
yang terkandung dalam sebuah harta, ternyata tersimpan (pula) banyak sisi
negatifnya. Seorang ahli fiqh kenamaan, orator dan motivator[1] ulung di zamannya, Syaikhul Islam
al-Imam Muwaffaquddin Ibnu Qudamah al-Maqdisy ash-Shalihi al-Hambaly
–raheemahullaahu Ta’ala- (w. 689 H) menjelaskan sisi negatif harta dari segi
agama dan dunia di dalam kitabnya yang masyhur: Mukhtasar Minhajul Qashidin [yang
merupakan ringkasan dari kitab Minhajul Qashidin wa Mufid ash-Shadiqin karya
al-Imam al-Hafizh ‘Abdu ar-Rahman bin Ali bin Muhammad Ibnu al-Jauzi –raheemahullaahu
Ta’ala- (w. 597 H)] sebagai berikut;
Sisi
negatif harta dari sisi agama antara lain;
الأولى: أنه يجر إلى المعاصي غالباً، لأنه من
استشعر القدرة على المعصية، انبعثت
داعيته إليها. والمال نوع من القدرة
يحرك داعيته إلى المعاصي، ومتى يئس الإنسان من المعصية، لم تتحرك
داعيته إليها. ومن العصمة أن لا
تجد، فصاحب القدرة إن اقتحم ما يشتهى هلك، وإن صبر لقي شدة في معاناة
الصبر مع القدرة، وفتنة السراء أعظم من فتنة الضراء.
Pertama;
Harta pada umumnya menyeret (seseorang) kepada kemaksiatan, karena barangsiapa
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dosa, maka pendorongnya akan muncul kepadanya.
Harta adalah sarana kemampuan yang (bisa) mendorong pemiliknya kepada
dosa-dosa, sebaliknya bila seseorang sudah berputus asa dari kemaksiatan, maka
pendorongnya kepadanya tidak akan bangkit. Di antara kemaksiatan ada yang tidak
bisa anda wujudkan tanpa harta, maka barangsiapa mempunyai kesanggupan dan dia
menerjang apa yang diinginkannya, maka dia celaka, bila dia menahan diri, maka
dia mendapatkan beban berat kesabaran karena dia mampu, maka sebabnya fitnah
kemakmuran lebih berat daripada ujian kemiskinan.
الثانية:
أنه يحرك إلى التنعم في المباحات، حتى تصير له عادة وإلفاً، فلا يصبر عنها،
وربما لم يقدر على استدامتها إلا بكسب فيه شبهة، فيقتحم الشبهات، ويترقى إلى
آفات من المداهنة والنفاق، لأن من كثر ماله خالط الناس، وإذا خالطهم
لم يسلم من نفاق وعداوة وحسد وغيبة، وكل ذلك من الحاجة إلى إصلاح المال.
Kedua; Harta
mendorong orang untuk bernikmat-nikmat dalam hal-hal yang mubah, sehingga ia
menjadi adat dan kebiasaan, selanjutnya (ia) tidak bisa hidup tanpanya dan bisa
jadi untuk mempertahankannya dia rela terjatuh ke dalam usaha syubhat, masuk ke
dalam syubhat, lalu naik ke dalam tangga kepura-puraan dan kemunafikan, karena
orang yang banyak harta akan banyak bergaul dengan manusia, dan pergaulan itu
tidak bersih dari kemunafikan, permusuhan, hasad, dan ghibah, semua itu
termasuk kebutuhan dalam rangka memperbaiki (mengurusi) harta.
الثالثة: وهى التي لا ينفك عنها أحد، وهو أن
يلهيه ماله عن ذكر الله تعالى، وهذا هو
الداء العضال، فإن أصل العبادات ذكر الله تعالى، والتفكير في جلاله
وعظمته، وذلك يستدعى قلباً فارغاً.وصاحب الضيعة يمسي ويصبح متفكراً في خصومة
الفلاحين ومحاسبتهم وخيانتهم، ويتفكر في منازعة شركائه في الحدود والماء، وأعوان
السلطان في الخراج والأجراء على التقصير في العمارة ونحو ذلك.وصاحب التجارة
يمسي ويصبح متفكراً في خيانة شريكه، وتقصيره في العمل، وتضيعه المال.وكذا سائر
أصناف المال، حتى صاحب المال المجموع المكنوز يفكر في كيفية حفظه، وفى الخوف عليه.ومن
له قوت يوم بيوم فهو في سلامة من جميع ذلك
Ketiga;
Tidak seorang pun luput dari hal ini, yaitu bahwa harta melupakannya dari
mengingat Allah Ta’ala. Inilah penyakit kronis, karena asal ibadah adalah dzikir
kepada Allah Ta’ala, merenungkan keagungan dan kebesaranNya, dan hal itu memerlukan
hati yang terkonsentrasi.
Tuan tanah siang malam
memikirkan tuntutan para petani yang bekerja kepadanya, mengawasi mereka dan
menghadapi pengkhianatan mereka, memikirkan pertikaian dengan tetangganya
terkait dengan sumber air dan batas tanah dan para pegawai pemerintah di bidang
kharaj dan pengawasan terhadap pelanggaran di bidang bangunan dan lain-lainnya.
Saudagar siang malam memikirkan
pengkhianatan rekannya, kelalaiannya dalam bekerja dan penyia-nyiannya terhadap
harta.
Demikian juga harta-harta
yang lainnya termasuk pemilik harta yang tersimpan memikirkan bagaimana
menjaganya dan mengkhawatirkan keselamatannya.
Dan barangsiapa mempunyai
makanan kebutuhan pokok hari perharinya maka dia selamat dari semua itu.
Sisi
negatif harta dari sisi dunia;
وهذا سوى ما يقاسيه أرباب الأموال في الدنيا،
من الخوف والحزن والهم والغم والتعب.فإذا ترياق المال أخذ القوت
منه، وصرف الباقي إلى الخيرات، وما عدا ذلك سموم وآفات.
Hal ini belum termasuk
perkara yang harus dipikul oleh pemilik harta di dunia berupa rasa takut,
sedih, gelisah, pikiran dan lelah.
Maka penawar
racun harta adalah mengambil kadar yang cukup darinya dan memberikan sisanya
kepada jalan-jalan kebaikan. Selain ini maka harta adalah racun dan penyakit. [Mukhtashar
Minhajul Qashidin hal. 197-198, Cet. Maktabah Daar al-Bayaan, Dimasyq, Beirut,
1398 H]
____________
[1]. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), arti mo.ti.va.tor adalah orang (perangsang)
yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu;
pendorong; penggerak.
-Menurut saya, CMIIW- seorang
motivator tidak hanya “harus” pandai memotivasi seseorang, atau padai merangkai
kata-kata indah yang mampu menggugah semangat, atau pandai berfilosofi, tapi (lebih
dari itu) ia juga harus berilmu (i.e mendalam pemahaman agamanya, konsisten dan
konsekuen antara ucapan dan amalan, red) sehingga apa yang ia sampaikan
benar-benar mencerahkan (tidak menyesatkan, red) dan selaras dengan Kitabullah
wa sunnatu ar-Rasul Shallallaahu ‘alaihi wa sallama. Sebelum ia berucap (i.e di depan khalayak ramai, red), ia
selalu menimbangnya (i.e setiap ucapan yang keluar dari lisannya) terlebih dahulu dengan keduanya (i.e al-Qur ’an dan as-Sunnah).
Dan motivator sejati adalah
mereka, para anbiya dan para pewarisnya (i.e ulama rabbani) hingga akhir zaman,
wallaahu a’lam.
Labels:
Ad-Dien
0 Respones to "Sisi Negatif Harta Bagi Agama Dan Dunia Seseorang"
Posting Komentar