al-Imam al-‘Allamah Ibn
al-Qayyim al-Jauziyyah –raheemahullaahu Ta’ala- (w. 656 H) berkata dalam
kitabnya, عدة الصابرين ‘Uddatush
Shaabirin, i.e “Bekal untuk orang-orang yang sabar”, Bab ke-6 terkait pembagian
kesabaran berdasarkan kuat dan lemahnya (jiwa) dalam melawan hawa nafsu sebagai
berikut;
إحداها: أن يكون القهر والغلبة لداعي الدين فيرد جيش الهوى مغلولا وهذا إنما يصل إليه بدوام الصبر والواصلون إلى هذه الرتبة هم المنصورون في الدنيا والآخرة وهم الذين قالوا {رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} وهم الذين تقول لهم الملائكة عند الموت {أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} وهم الذين نالوا معية الله مع الصابرين وهم الذين جاهدوا في الله حق جهاده وخصهم بهدايته دون من عداهم
وباعث الدين بالإضافة إلى باعث الهوى له ثلاثة أحوال:
إحداها: أن يكون القهر والغلبة لداعي الدين فيرد جيش الهوى مغلولا وهذا إنما يصل إليه بدوام الصبر والواصلون إلى هذه الرتبة هم المنصورون في الدنيا والآخرة وهم الذين قالوا {رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} وهم الذين تقول لهم الملائكة عند الموت {أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} وهم الذين نالوا معية الله مع الصابرين وهم الذين جاهدوا في الله حق جهاده وخصهم بهدايته دون من عداهم
“Dorongan agama,
sebagaimana halnya dorongan hawa nafsu, memiliki 3 kondisi:
Kondisi Pertama; Dorongan
agama begitu mendominasi, sehingga tentara hawa nafsu terbelenggu. Kondisi ini
hanya dialami dengan cara senantiasa bersabar. Orang-orang yang sampai ke
tingkatan ini adalah mereka yang mendapatkan pertolongan dari Allah di dunia
dan akhirat. Merekalah orang-orang yang mengatakan, “.. ‘Rabb kami adalah
Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.” (QS. Fushshilat: 30)
Merekalah orang-orang yang
ketika meninggalkan dunia, para Malaikat berkata kepada mereka, “’Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu,’ Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.” (QS. Fushshilat: 30-31)
Merekalah orang-orang yang
senantiasa disertai oleh Allah bersama orang-orang yang sabar lainnya.
Merekalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya.
Secara khusus Allah memberi petunjukNya kepada mereka, bukan kepada orang lain.
________________
Tambahan:
al-‘Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Nasheer as-Sa’dee –raheemahullaahu- (w. 1376 H) menjelaskan (QS.
Fushshilat: 30-31) diatas sebagai berikut;
يخبر
تعالى عن أوليائه، وفي ضمن ذلك، تنشيطهم، والحث على الاقتداء بهم، فقال: ( إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا ) أي: اعترفوا ونطقوا ورضوا بربوبية الله
تعالى، واستسلموا لأمره، ثم استقاموا على الصراط المستقيم، علمًا وعملا فلهم البشرى
في الحياة الدنيا وفي الآخرة
“Allah
Ta’ala mengabarkan tentang para kekasihNya, dan di dalamnya terkandung
pemberian semangat kepada mereka dan himbuan meneladani mereka, seraya
berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami adalah
Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.” Maksudnya; mengakui,
mengucapkan dan ridha dengan rububiyah Allah Ta’ala serta beserah diri
kepadaNya, lalu mereka istiqamah di atas jalan yang lurus itu, baik secara
teori maupun praktek, maka mereka memperoleh berita gembira di dalam kehidupan
ini dan di akhirat nanti.”
Beliau
–raheemahullaahu- juga menjelaskan;
يحثونهم في الدنيا على الخير، ويزينونه لهم، ويرهبونهم عن الشر،
ويقبحونه في قلوبهم، ويدعون الله لهم، ويثبتونهم عند المصائب والمخاوف، وخصوصًا عند
الموت وشدته، والقبر وظلمته، وفي القيامة وأهوالها، وعلى الصراط، وفي الجنة يهنئونهم
بكرامة ربهم، ويدخلون عليهم من كل باب سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ
عُقْبَى الدَّارِ
“Para
malaikat menghimbau mereka untuk melakukan kebaikan di dunia dan
memperindahkannya bagi mereka, serta menakut-nakuti mereka dari kejahatan dan
menjadikannya buruk dalam jiwa mereka, dan mereka juga berdoa kepada Allah
untuk mereka, meneguhkan pendirian mereka dalam berbagai musibah dan kesulitan,
terutama saat menjelang sakaratul maut, saat di liang lahat dan di dalam
kegelapannya, saat Hari Kiamat dan praharanya, saat di atas jembatan menuju
surga dan saat di dalam surga. Mereka memberikan ucapan selamat atas kehormatan
dari Allah yang mereka raih. Para malaikat itu masuk menjumpai mereka dari
semua pintu (sambil mengucapkan: )
سَلامٌ
عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Kesejahteraan
bagi kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(QS. ar-Ra’d: 24).” [Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 6, juz. 24]
________________
الحالة
الثانية ان تكون القوة والغلبة لداعي الهوى فيسقط منازعه باعث الدين بالكلية فيستسلم
البائس للشيطان وجنده فيقودونه حيث شاءوا وله معهم حالتان إحداهما ان يكون من جندهم
وأتباعهم وهذه حال العاجز الضعيف الثانية ان يصير الشيطان من جنده وهذه حال الفاجر
القوي المتسلط والمبتدع الداعية المتبوع
Kondisi Kedua; Dorongan
hawa nafsu begitu mendominasi sehingga dorongan agama tercabut dari akarnya
secara keseluruhan. Akibatnya, orang yang malang itu menyerah kalah kepada
setan dan bala tentaranya, sehingga mereka menggiringnya kemanapun mereka mau.
Dan keadaan orang ini bersama setan-setan bisa seperti salah satu dari dua
keadaan ini; a). Dia menjadi tentara dan pengikut mereka, Ini adalah
keadaan orang yang lemah. b). Justru setan yang menjadi bala tentaranya.
Ini adalah keadaan pendosa yang kuat, dominan, suka membuat bid’ah, piawai
mengajak orang dan ditaati.
وهؤلاء هم الذين غلبت عليهم شقوتهم واشتروا الحياة الدنيا
بالآخرة وإنما صاروا إلى هذه الحال لما أفلسوا من الصبر وهذه الحالة هي حالة جهد
البلاء ودرك الشقاء وسوء القضاء وشماتة الأعداء وجند أصحابها المكر والخداع والأماني
الباطلة والغرور والتسويف بالعمل وطول الأمل وإيثار العاجل على الآجل وهي التي قال
في صاحبها النبي:"العاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني"
Orang-orang yang berada di
kondisi kedua itulah yang dikalahkan oleh kesengsaraan mereka, dan rela membeli
kehidupan dunia dengan bayaran akhirat. Mereka bisa terpuruk seperti itu tidak
lain hanya setelah mengalami kebangkrutan kesabaran. Keadaan seperti inilah
yang disebut musibah bertubi-tubi, dasar jurang kemalangan, ketentuan yang
buruk dan kegembiraan musuh-musuh atas kesusahan diri. Bala tentara orang-orang
yang keadaannya seperti itu adalah makar tipu daya, ambisi buruk, ketertipuan,
menunda-nunda pekerjaan, panjang angan-angan, dan hanya berpikiran jangka
pendek. Orang seperti inilah yang disebut orang lemah, seperti apa yang
disabdakan oleh Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama, “Orang yang lemah adalah
orang yang menuruti hawa nafsunya, lalu banyak berharap kepada Allah.” (HR.
at-Tirmidzi no. 2459, Ibn Majah no. 4260 dan Ahmad vol. 4 hal. 124)
الحالة الثالثة أن يكون الحرب سجالا ودولا بين الجندين فتارة
له وتارة عليه وتكثر نوبات الانتصار وتقل وهذه حال أكثر المؤمنين الذين خلطوا عملا
صالحا وآخر سيئا وتكون الحال يوم القيامة موازنة لهذه الأحوال الثلاث سواء بسواء
فمن الناس من يدخل الجنة ولا يدخل النار ومنهم من يدخل النار ولا يدخل الجنة ومنهم
من يدخل النار ثم يدخل الجنة وهذه الأحوال الثلاث هى أحوال الناس في الصحة والمرض
فمن الناس من تقاوم قوته داءه فتقهره ويكون السلطان للقوة ومنهم من يقهر داؤه قوته
ويكون السلطان للداء ومنهم من الحرب بين دائه وقوته نوبا فهو متردد بين الصحة
والمرض
Kondisi
Ketiga; Terjadi peperangan sengit antara dua kubu pasukan.
Kadangkala ia menang, dan ada kalanya dia kalah. Terkadang peluang untuk menang
besar dan kadang-kadang kecil. Inilah keadaan kebanyakan orang beriman yang
melakukan amal shalih, dan juga melakukan perbuatan buruk.
Kedaan manusia pada Hari
Kiamat akan ditimbang berdasarkan tiga kondisi tersebut. Di antara manusia ada
yang masuk surga tanpa pernah masuk neraka. Ada pula yang masuk neraka dan
tidak akan masuk surga. Juga ada yang masuk neraka terlebih dahulu, baru kemudian
masuk surga.
Ketiga kondisi ini laksana
keadaan manusia ketika sehat dan sakit. Sebagian orang ada yang mampu
menaklukkan penyakitnya dengan kekuatannya sendiri, sehingga kekuatannya
berkuasa. Juga sebagian mereka ada yang penyakitnya menaklukan kekuatannya,
sehingga kekuasan dipegang oleh penyakitnya. Sebagian mereka ada pula yang tak
henti-hentinya berperang melawan penyakit dengan kekuatannya, dan inilah
keadaan orang yang sehat dan sakitnya silih berganti.
Beliau –raheemahullaahu Ta’ala-
melanjutkan;
ومن الناس من يصبر بجهد ومشقة ومنهم من يصبر بأدنى حمل على
النفس ومثال الاول كرجل صارع رجلا شديدا فلا يقهره إلا بتعب ومشقة والثانى كمن
صارع رجلا ضعيفا فإنه يصرعه بغير مشقة فهكذا تكون المصارعة بين جنود الرحمن وجنود
الشيطان ومن صرع جند الشيطان صرع الشيطان
قال عبد الله بن مسعود رضى الله عنه "لقى رجلا من الانس رجلا من الجن فصارعه
فصرعه الانسى فقال مالى أراك ضئيلا فقال انى من بينهم لضليع فقالوا أهو عمر بن
الخطاب" فقال "من ترونه غير عمر!"
“Ada orang yang sabar melakukan kerja keras dan menghadapi
kesulitan. Ada pula yang hanya mampu bersabar menanggung beban kerja yang
paling ringan. Perumpamaan orang yang pertama adalah seperti orang yang
bertarung melawan musuh yang kuat, dan hanya mampu menaklukannya setelah
bersusah payah dan mengalami kesulitan. Sedangkan perumpamaan orang kedua
adalah seperti orang yang bertarung melawan musuh yang lemah dan menaklukannya
tanpa mengalami kesulitan. Demikianlah halnya pertarungan antara bala tentara
ar-Rahman dan bala tentara setan. Barangsiapa memerangi tentara setan, berarti
dia memerangi setan.
Abdullah ibnu Mas’ud –radhiyallaahu
‘anhu- bercerita, “Seorang manusia bertemu dengan seorang jin. Lalu jin itu
menantangnya bergulat dan sang manusia pun mengalahkannya. Si manusia bertanya,
“Mengapa engkau begitu lemah?”, “Aku tidak habis pikir, padahal aku sangat kuat
di kalangan para jin,” jawab jin itu. Para shahabat bertanya, “Apakah orang itu
Umar Ibnul Khaththab?”, “Siapa lagi menurut kalian kalau bukan Umar?,” jawab
Abdullah bin Mas’ud.” (HR. ad-Darimi no. 14 dalam Fadha’il al-Qur’an)
فمن اعتاد الصبر هابه عدوه ومن عز عليه الصبر طمع فيه عدوه
وأوشك أن ينال منه غرضه
Jadi, barangsiapa
membiasakan diri bersabar, niscaya musuhnya takut terhadapnya. Sedangkan orang
yang sulit untuk bersabar, niscaya musuhnya sangat bernafsu menyerangnya,
sampai-sampai dirinya nyaris tidak pernah mencapai tujuannya.
-Selesai kutipan secara ringkas, Wallaahu Ta’ala a’lamu-
_________
Referensi:
a).
Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 6, juz. 24 by al-‘Allamah as-Sa’dee
b).
‘Uddatush Shaabirin pg. 39-47 by Imam Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah
Labels: Ad-Dien
0 Respones to "Be Patient Or We’ll Be A Patient"
Posting Komentar