Find The Latest Value From Ununique Key Record Using VBA



Pendahuluan. Bagi anda yang sudah terbiasa mengolah data menggunakan Microsoft Excel, tentu tidak asing lagi dengan fungsi “Lookup and reference” semisal VLOOKUP, HLOOKUP, LOOKUP, INDEX, MATCH, INDIRECT, OFFSET atau kombinasi dari fungsi-fungsi tersebut, termasuk kelemahannya. Kelemahannya? Maksudnya?, Ya, ternyata fungsi-fungsi embedded Excel tersebut masih menyisakan “kelemahan”. Diantaranya; ketika anda mencari suatu value yang melekat pada sebuah record kunci (Primary Key) yang tidak uniq misalnya (i.e karena terdapat lebih dari satu Primary Key yang similar atau sama di dalam database, red), maka hasil akhir pencarian akan kembali kepada value yang melekat pada record kunci yang pertama kali ditemukan, bukan pada record kunci yang terakhir atau yang paling up-to-date. Bagaimana jika value yang anda cari itu justru terletak pada record kunci (identik) yang paling akhir?, That’s the problem of those Function. Contoh case realnya adalah sbb;



Dari tabel diatas kita ingin mengetahui; berapa “Jumlah total Aktivasi perdana yang tercatat terakhir dalam database”. Nah untuk mencarinya, kita ambil salah satu syntax dari Lookup Function diatas, taruhlah Index dan Match. Maka formulasinya adalah sbb;

=INDEX($B$2:$B$13,MATCH(“Activation”,$A$2:$A13$,0),1)

Berapa hasilnya? 260.500. Padahal jumlah aktivasi perdana terakhir yang seharusnya terdisplay di ActiveCell adalah 161.611, bukan 260.500. Begitu pula dengan function lainnya seperti VLOOKUP(“Activation”,$A$2:$B$13,2;FALSE) atau =INDIRECT(“B”&MATCH(“Activation”;$A$3:$A$13;0)), hasilnya tetap  akan sama.

Lantas bagaimana solusinya?. (Mungkin) ada banyak cara yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah dengan memaksimalkan fungsi Visual Basic Application (VBA) Excel atau Macros seperti yang akan saya bahas berikut ini. (Wallaahu a’lam, jika ada rekan-rekan blogger yang mau berbagi trik lain yang lebih efektif, silahkan bisa disharing di sini, red). Terlampir adalah syntaxnya;


Private Sub FindLastRecord()
With Application
    .ScreenUpdating = False
End With

Set ws = Sheets("Sheet1")
Set wa = Sheets("Sheet2")
   
    With wa
    i = .Range("B2").Value
    End With
   
    With ws
        On Error Resume Next
        Set c = .Cells.Find(What:=i, LookIn:=xlValues, lookat:=xlPart, _
        SearchOrder:=xlByRows, SearchDirection:=xlNext, MatchCase:=False, SearchFormat:=False)
        On Error GoTo 0
       
        If Not c Is Nothing Then
            FirstAddress = c.Address
            Do
                rg = c.Offset(0, 1).Address
                Set c = .Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)).FindNext(c)
            Loop While Not (c Is Nothing) And (c.Address <> FirstAddress)
        End If
    End With
  
   ws.Range(rg).Copy _
   Destination:=wa.Range("C2")
  
    'Useful for Releasing Memory
    Set ws = Nothing
    Set wa = Nothing
   
With Application
    .ScreenUpdating = True
End With
End Sub

Atau bisa juga dengan menggunakan syntax yang sama tapi beberapa bagian syntaxnya direplace, yakni;

Syntax sebelumnya;

Do
   rg = c.Offset(0, 1).Address
   Set c = .Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)).FindNext(c)
Loop While Not (c Is Nothing) And (c.Address <> FirstAddress)

Dimodifikasi dengan;

For n = 1 To WorksheetFunction.CountIf(.Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)), i)
    rg = c.Offset(0, 1).Address
    Set c = .Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)).FindNext(c)
Next n

Hasilnya tetap akan sama. Sebelum kita masuk pada step by step practice-nya, ijinkan saya menjelaskan terlebih dahulu makna dari syntax di atas (sebatas apa yang saya tahu, red).


Penjelasan Syntax

Pertama;

Set ws = Sheets("Sheet1")
Set wa = Sheets("Sheet2")

Untuk mempersingkat karakter syntax, maka bagian syntax yang bisa kita definisikan, kita definisikan. Contoh; ws adalah nama lain dari Sheet1 yang (di dalamnya) terdapat table Data Performansi SCN (seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas, red), sedangkan wa adalah sheet2 yang digunakan untuk menampilkan Primary Key (i = .Range("B2").Value) sekaligus hasil pencarian (ws.Range(rg).Copy Destination:=wa.Range("C2"))

Kedua;

c = .Cells.Find(What:=i, LookIn:=xlValues, lookat:=xlPart, _
        SearchOrder:=xlByRows, SearchDirection:=xlNext, MatchCase:=False, SearchFormat:=False)

Syntax diatas merupakan Find Method dalam VBA. Formulasinya sbb;

expression .Find(What, After, LookIn, LookAt, SearchOrder, SearchDirection, MatchCase, MatchByte, SearchFormat)
expression A variable that represents a Range object.

Parameter “What:=” itu wajib diisi (required). Apa yang harus diisikan?, “The data to search for. Can be a string or any Microsoft Excel data type” yakni data yang kita cari, dalam hal ini adalah Primary Key (dalam contoh di atas misalnya Activation). Parameter “LookIn:=” itu bersifat optional, boleh ada dan boleh tidak.  Kalau ada, maka bisa diisi dengan xlValues atau xlFormulas, tergantung referensinya berwujud apa, apakah value (angka, string, char dll) ataukah formulasi. Parameter “lookat:=” juga bersifat Optional, bisa diisi dengan xlPart atau xlWhole. Dari referensi yang saya baca, xlPart dan xlWhole ini sama dengan 0 dan 1 pada fungsi MATCH atau TRUE dan FALSE pada fungsi VLOOKUP. Pada fungsi MATCH misalnya, jika kita ingin mengetahui ada tidaknya data dalam Table yang valuenya sama persis (exact) dengan Primary Key-nya, maka match_type-nya harus diset 0, jika tidak (harus sama persis alias mendekati, red), maka cukup kita set 1. Begitupula untuk case lookat:= ini, jika kita ingin mengetahui ada tidaknya data dalam Table/ database yang valuenya sama persis (exact) dengan Primary Key, maka match_type-nya harus diset xlWhole, jika tidak maka cukup kita set xlPart. Sebagaimana paramater sebelumnya yang bersifat optional, “SearchOrder:=” juga bersifat demikian. Parameter ini bisa diisi dengan xlByRows atau xlByColumns, keduanya menunjukkan “whether to search by rows or search by columns. Default value is xlByRows”. Kurang lebih sama dengan fungsi VLOOKUP dan HLOOKUP, dimana VLOOKUP itu by Rows sedangkan HLOOKUP by Columns. Parameter “SearchDirection:=” menujukkan metode pencarian data apakah ke atas (xlPrevious) atau ke bawah (xlNext) dan sifatnya Optional. Adapun Parameter “MatchCase:=” dan “SearchFormat:=” itu terkait apakah value yang dicari itu Case-Sensitive dan Specified Formatting atau tidak, jika iya maka diisi True dan jika tidak maka cukup diisi False. Pertanyaannya, jika syntax tersebut dirunning, apa hasil yang akan dimunculkan oleh c?. Jika data yang dicari sesuai dengan requirement i.e sama persis dengan Primary Key (i), maka hasilnya adalah Primary Key itu sendiri (dalam contoh di atas adalah Activation, red).

Ketiga;

If Not c Is Nothing Then
    FirstAddress = c.Address
    Do
      rg = c.Offset(0, 1).Address
      Set c = .Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)).FindNext(c)
    Loop While Not (c Is Nothing) And (c.Address <> FirstAddress)
End If

Maksudnya, jika c itu available dalam database, maka alamat cell-nya (FirstAddress) adalah c.Address. Dalam contoh case ini misalnya, FirstAddress = $A$4 (Silahkan lihat kembali gambar di atas. Activation yang pertama kali terdeteksi pada database adalah cell $A$4, red). Adapun syntax berikutnya berfungsi untuk mencari value yang melekat pada record kunci (Primary Key) terakhir yang up-to-date. Ketika proses running (program) baru sampai pada syntax: FirstAddress = c.Address, maka status rg is Empty atau rg = “”, baru setelah melewati syntax rg = c.Offset(0, 1).Address, rg akan menghasilkan address $B$4 (masih berupa address, belum value, red). Selanjutnya untuk mencari tahu apakah masih ada Primary Key (Activation) pada record setelahnya, digunakan syntax expression .FindNext(After), expression diisi dengan Range i.e .Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)) dan After diisi dengan c yang merepresentasikan cell yang mengandung Primary Key “Activation” setelah FirstAddress. Selama c masih available di record-record setelahnya, maka proses looping akan terus dilakukan sebanyak WorksheetFunction.CountIf(.Range(FirstAddress, .Range("A" & Rows.Count).End(xlUp)), i) dan berhenti setelah c tidak lagi available (yakni di $A$10).

Keempat;

ws.Range(rg).Copy _
   Destination:=wa.Range("C2")

Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada keterangan pertama sebelumnya, syntax ws.Range(rg).Copy Destination:=wa.Range("C2") berfungsi untuk mengcopy hasil pencarian value ($B$4) pada sheet ws ke cell C2 pada sheet wa.


Step by Step Implementasi Program

1). Buat table yang sama seperti yang dicontohkan gambar di atas (Pada Sheet1)

2). Copy syntax FindLastRecord secara lengkap, masuk ke Developer Code Visual Basic. Pada jendela Microsoft Visual Basic, klik Insert Module dan pastekan syntax tersebut ke dalam Windows Code sehingga akan tampak seperti disamping;  

3). Masukkan record kunci (Primary Key) pada cell B2 di Sheet2 yakni “Activation” atau “Distribution”, atau whatever it is selama key tersebut tersedia di database.

4). Klik tombol Run pada jendela Microsoft Visual Basic dan lihat apa yang terjadi.


Penutup

Sesuatu yang terlihat biasa belum tentu (hakikatnya) juga biasa-biasa saja, bisa jadi ia menyimpan potensi yang luar biasa hanya saja kita tidak atau belum mengetahuinya. Demikian pula dengan Excel, menurut sebagian orang yang belum “mengetahui” dan belum sempat mengeksplor Tools ini lebih dalam, tampilan Excel sepintas terlihat biasa saja, fungsinya juga terlihat biasa-biasa saja (Kali, bagi, tambah, kurang). Namun bagi mereka yang telaten mau mengeksplorasi, try and error, mau belajar meskipun harus berproses (seperti para MVP Excel itu, red), Tools ini akan terasa sangat powerful dan membantu (dengan segala kelebihan dan kekurangannya tentunya). Let’s explore this tool optimally...
[Baca Selengkapnya...]


Hidayah Itu Di Tangan Allah تعالى



Suatu ketika di ruang makan kantor, 3rd Floor, kami berdiskusi lepas (dengan atasan kami) seputar aktivitas sehari-hari yang biasa kami lakukan. Di tengah-tengah pembicaraan itu ia lantas teringat sesuatu, “Ba’da shubuh tadi saya membaca al-Qur’an, kemudian mendapati ayat berikut;

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (56

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. al-Qashash: 56)

Ternyata, kalaupun kita sudah berusaha sekuat tenaga menyampaikan ilmu, mengajak seseorang kepada kebaikan, atau mengingatkan seseorang dari keburukan, belum tentu hidayah Allah Ta’ala itu diberikan kepadanya (i.e berupa penerimaan seseorang itu terhadap nasihat yang baik, atau berubahnya perilaku dan amalan seseorang itu sesuai petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah).”

Kami berkata, “Betul sekali Pak”, lantas salah seorang dari kami membawakan kisah Abu Thalib, paman Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama yang (ditakdirkan oleh Allah Ta’ala) meninggal dalam keadaan kafir, padahal Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama begitu gigih mengajaknya kembali kepada dienul Islam waktu itu.

Namun karena kejahilan dan keterbatasan ilmu (yang ada pada diri kami) pada akhirnya kami tidak mampu menjelaskan secara detail matan hadits (tentang kisah Abu Thalib, red) dan tafsir QS. al-Qashash: 56 dalam obrolan santai waktu itu. Nah, karena dirasa cukup besar (manfaatnya), maka (pada kesempatan kali ini) akan kami coba hadirkan penjelasan para ‘alim rabbani (yang berkompeten di bidangnya) secara lebih rinci sebagai berikut (mudah-mudahan bermanfaat).

Dalam kitab Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid (فتح المجيد شرح كتاب التوحيد) hal. 212, terdapat bab khusus yang berjudul; {باب: قول الله تعالى: إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} i.e bab; Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya”

Al-’Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Hasan ‘alu asy-Syaikh –raheemahullaahu- (w. 1285 H), i.e penulis kitab Fathul Majid menjelaskan;

{ باب قول الله تعالى: إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ }
سبب نزول هذه الآية موت أبي طالب على ملة عبد المطلب، كما سيأتي بيان ذلك في حديث الباب. وإنك لتهدي
قال ابن كثير - رحمه الله تعالى -: يقول تعالى لرسوله: إنك يا محمد لا تهدي من أحببت، أي ليس إليك ذلك، إنما عليك البلاغ والله يهدي من يشاء. وله الحكمة البالغة، والحجة الدامغة، كما قال تعالى: {لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}. وقال تعالى: {وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ} قلت: والمنفي هنا هداية التوفيق والقبول فإن أمر ذلك إلى الله، وهو القادر عليه. وأما الهداية المذكورة في قول الله تعالى: {وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} فإنها هداية الدلالة والبيان، فهو المبيِّن عن الله، والدالُّ على دينه وشرعه

“Bab: ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.’ (QS. al-Qashash: 56)

Sebab turunnya ayat ini adalah wafatnya Abu Thalib dalam keadaan tetap berpegang pada agama Abdul Muththalib sebagaimana penjelasan tetangnya akan hadir dalam hadits di bab ini.

(al-Hafizh) Ibnu Katsir –raheemahullaahu Ta’ala- (w. 774 H) berkata, “Allah Ta’ala berfirman kepada RasulNya, sesungguhnya kamu wahai Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai. Yakni, hal itu bukan wewenangmu, tugasmu hanyalah menyampaikan dan Allah yang memberi petunjuk kepada siapa (saja) yang Dia kehendaki. Dia pemilik hikmah yang mendalam dan hujjah yang kuat, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman;

{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendakiNya.” (QS. al-Baqarah: 272)

Dan Allah Ta’ala berfirman;

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}

“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf: 103).”

Saya (i.e penulis Fathul Majid) berkata, hidayah yang dinafikan disini adalah hidayah taufik dan penerimaan, karena perkara hidayah ini berada di Tangan Allah, hanya Dia yang berkuasa atasnya. Adapun hidayah yang tercantum di dalam firman Allah Ta’ala;

{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. asy-Syura: 52)

Maka, ia adalah hidayah penjelasan dan bimbingan, karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama adalah penjelas dari Allah, pembimbing kepada Agama dan SyariatNya.” (Fathul Majeed Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 212)


Matan kisah Abu Thalib yang diisyaratkan oleh al-’Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Hasan (pada syarh) di atas dijelaskan oleh beliau pada penjelasan selanjutnya;

في الصحيح عن ابن المسيب عن أبيه قال: لما حضرت أبا طالب الوفاة جاءه رسول الله صلي الله عليه وسلم وعنده عبد الله ابن أبي أمية وأبو جهل، فقال له: يا عم قل: لا إله إلا الله، كلمة أحاج لك بها عند الله. فقالا له: أترغب عن ملة عبد المطلب؟ فأعاد عليه النبي صلي الله عليه وسلم فأعادا. فكان آخرَ ما قال: هو على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول لا إله إلا الله. فقال النبي صلي الله عليه وسلم: لأستغفرن لك ما لم أُنْهَ عنك. فأنزل الله عز وجل {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ}. وأنزل الله في أبي طالب {إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

“Di dalam ash-Shahih dari Ibnul Musayyab, dari bapaknya, beliau berkata, “Pada saat ajal datang kepada Abu Thalib, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama datang menjenguknya, sementara di sisinya terdapat Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda kepadanya, “Wahai Paman, ucapkanlah, ‘Laa ilaha illallaah,” sebuah kalimat yang dengannya aku bisa membelamu di hadapan Allah.’ Maka keduanya berkata, “Apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?”, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama mengulang ucapannya, keduanya juga mengulang ucapan mereka. Maka ucapan yang diucapkan oleh Abu Thalib adalah bahwa dia tetap berada di atas agama Abdul Muththalib, dia menolak mengucapkan Laa ilaha illallaah, maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Demi Allah, aku akan meminta ampun untukmu selama aku tidak dilarang melakukannya.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan, ‘Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya.” (QS. at-Taubah: 113). Dan Allah Ta’ala menurunkan tentang Abu Thalib, ‘Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.’ (QS. al-Qashash: 56).” [HR. al-Bukhari No. 4772]

Beliau (Al-’Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Hasan) menjelaskan dalam syarhnya;

ومِن حِكمةِ الربِّ تعالى في عَدَمِ هِدايةِ أبي طالبٍ إلى الإِسلامِ لِيُبَيِّنَ لعِبادِه أنَّ ذلك إليه، وهو القادِرُ عليه دونَ مَن سِواهُ، فلو كانَ عندَ النبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - الذي هو أَفْضَلُ خَلْقِه-من هِدايةِ القُلوبِ وتَفريجِ الكُروبِ؛ ومَغفِرَةِ الذُّنوبِ، والنجاةِ من العَذابِ، ونحوِ ذلك شيءٌ؛ لكانَ أحقَّ الناسِ بذلك وأَوْلاَهُمْ به عَمُّه الذي كان يَحُوطُه ويَحمِيهِ ويَنْصُرُه ويُؤْوِيهِ، فسُبحانَ مَن بَهَرَتْ حِكمتُه العقولَ، وأَرْشَدَ العِبادَ إلى ما يَدُلُّهُمْ على مَعرِفَتِه وتَوحيدِه، وإخلاصِ العملِ له وتَجريدِه

“Di antara hikmah Allah Ta’ala dengan tidak memberi Abu Thalib hidayah kepada Islam adalah untuk menjelaskan kepada hamba-hambaNya bahwa perkara hidayah ada di Tangan Allah, Dialah Yang Mahakuasa atasnya bukan selainNya, seandainya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama yang merupakan makhluk paling mulia mempunyai sedikit wewenang dalam memberi hidayah kepada hati manusia, mengangkat kesulitan-kesulitan, mengampuni dosa-dosa, menyelamatkan dari siksa dan yang sepertinya, niscaya manusia yang paling patut dan paling berhak mendapatkannya adalah pamannya yang selama ini melindungi, menjaga, membela, dan membantunya. Mahasuci Allah yang hikmahNya mencengangkan akal manusia dan membimbing hamba-hambaNya kepada apa yang membawa mereka untuk mengetahuiNya dan mengetahui tauhidNya serta mengikhlaskan amal dan memurnikannya kepadaNya.” (Fathul Majeed Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 214-215)

Beliau juga mengatakan pada akhir penjelasan beliau terkait bab ini;

وفيه تحريم الاستغفار للمشركين وموالاتهم ومحبتهم; لأنه إذا حرم الاستغفار لهم فموالاتهم ومحبتهم أولى

“Di dalamnya terkandung haramnya memohon ampunan untuk orang-orang musyrik, berwala’ (berloyalitas) dan mencintai mereka. Jika memohon ampunan diharamkan, maka berwala’ dan mencintai lebih patut untuk diharamkan.” (Fathul Majeed Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 217)

Namun jangan pula disalahartikan bahwa jika hidayah itu berada di Tangan Allah Ta’ala lantas kita mencukupkan diri dengan bersikap pasrah saja atau berdiam diri saja tanpa mau melakukan ikhtiar (berbuat sesuatu, red) untuk kebaikan kita dan orang lain. Simaklah hadits shahih berikut;

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ كُنَّا فِي جَنَازَةٍ فِي بَقِيعِ الْغَرْقَدِ فَأَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَعَدَ وَقَعَدْنَا حَوْلَهُ وَمَعَهُ مِخْصَرَةٌ فَنَكَّسَ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِمِخْصَرَتِهِ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ إِلَّا وَقَدْ كَتَبَ اللَّهُ مَكَانَهَا مِنْ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَإِلَّا وَقَدْ كُتِبَتْ شَقِيَّةً أَوْ سَعِيدَةً قَالَ فَقَالَ رَجَلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَمْكُثُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ فَقَالَ مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَقَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ  فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى 

Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim lafazh ini milik Zuhair. Ishaq berkata; Telah mengabarkan kepada kami. Sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Sa’ad bin ‘Ubaidah dari Abu ‘Abdur Rahman dari ‘Ali dia berkata; “Kami pernah menguburkan jenazah di pemakaman Baqi Al Gharqad. Tak lama kemudian, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama datang kepada kami. Lalu beliau duduk dan kami pun duduk mengelilingi beliau. Setelah itu Rasulullah memegang sebuah batang kayu pendek dan beliau menggaris-gariskan dan memukul-mukulkannya diatas tanah seraya berkata: ‘Tidaklah seseorang diciptakan melainkan Allah telah menentukan tempatnya di surga ataupun di neraka, serta ditentukan pula sengsaranya atau bahagianya.’ Ali bin Abu Thalib berkata; ‘Kemudian seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, kalau begitu apakah sebaiknya kami berdiam diri saja tanpa harus berbuat apa-apa?’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallama menjawab: ‘Barang siapa termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung, maka ia pasti akan mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang beruntung. Sebaliknya barang siapa termasuk dalam golongan orang-orang yang sengsara, maka ia pasti akan mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang sengsara.’ Selanjutnya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda: ‘Berbuatlah! Karena masing-masing telah dipermudah untuk berbuat sesuai dengan ketentuan sengsara dan bahagianya. Orang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang berbahagia akan dimudahkan untuk mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang beruntung. Dan orang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang sengsara akan dimudahkan untuk mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang sengsara.’ Setelah itu Rasulullah pun membacakan ayat Al Qur’an: ‘Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala yang terbaik, maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar.’ (QS. Al-Lail: 5-10). [HR. Muslim No. 4786]

Akhirnya kami tutup dengan sebuah syair (Fathul Majeed Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 473);

وما بك من تقي فيها وخير    فتلك مواهب الرب الجليل

وليس لها ولا منها ولكن    من الرحمن فاشكر للدليل

Ketakwaan dan kebaikan yang tertanam di dalam jiwamu
Adalah hasil pemberian Rabb Yang Mahamulia
Bukan miliknya dan bukan darinya, akan tetapi Karunia dari Allah ar-Raheem
Maka bersyukurlah kepada Dzat yang telah membimbingmu


__________
Referensi:
Fathul Majeed Syarh Kitab at-Tauhid, al-‘Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Hasan ‘alu asy-Syaikh
[Baca Selengkapnya...]


Kepergian Itu Bukanlah Misteri



Ba’da shalat dhuhur di Masjid Basement, kami bergegas menuju RS. Hasan Sadikin Bandung, meninggalkan workshop Area sejenak guna menjenguk istri dari saudara kami, rekan kami, sekaligus senior kami di HQ yang (menurut info by SMS) sedang terbaring kritis di Rumah Sakit. Di lobi bawah Rumah Sakit kami bertemu dengannya, ia bercerita mengenai kondisi terakhir istrinya (yang kebetulan tidak bisa kami jenguk karena harus dirawat intensif di ruang ICU, red), hingga info mengenai penyakit dalam yang menyerang salah satu organ tubuhnya. Mudah-mudahan kedatangan kami bisa menghibur kesedihannya, melecut optimismenya dan menguatkan kesabarannya atas ujian berat dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang sedang menimpanya. Dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan kesembuhan kepada istrinya, mengangkat penyakitnya, menggugurkan dosa-dosanya dan mengumpulkannya kembali dengan anak-anaknya. Amieen...


Kami lantas melihat (kepada) diri-diri kami (yang masih berikan kesehatan oleh Allah Ta’ala ini, red), membayangkan bagaimana seandainya kami berada di posisi orang yang sedang sakit itu, merenungkan bilamana nikmat besar itu (i.e kesehatan) Allah Ta’ala cabut dari diri-diri kami yang lalai ini. Sungguh benar sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama;

حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Telah menceritakan kepada kami al-Makki bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Sa’id yaitu Ibnu Abu Hind dari Ayahnya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata; Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari No. 5933)


Kunjungan ini pada akhirnya mengingatkan kami kepada kematian/ ajal, merecall ingatan kami kepada amal perbuatan kami yang telah berlalu. Bagaimana jika Allah ‘Azza wa Jall benar-benar meniadakan nikmat tersebut secara tiba-tiba (sesuai kehendakNya) dari diri hamba-hambaNya yang sehat?, tidak tersisa lagi waktu untuk berbenah, waktu luang untuk mengerjakan amal shalih, kesempatan untuk mengumpulkan bekal ke akhirat dll. Yang tersisa hanyalah penyesalan tiada akhir akibat (sudah) menyia-nyiakan nikmat sehat dan waktu luang itu sendiri, dan hanya bisa menunggu keputusan akhir (hisab) dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala tanpa mampu berbuat apapun. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda;

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ فَيُنَادِي مُنَادٍ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ فَيَقُولُ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ ثُمَّ يُنَادِي يَا أَهْلَ النَّارِ فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ فَيَقُولُ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ فَيُذْبَحُ ثُمَّ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ ثُمَّ قَرَأَ { وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ } وَهَؤُلَاءِ فِي غَفْلَةٍ أَهْلُ الدُّنْيَا { وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

“Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyats, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami al-A’masy, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda: “Kematian didatangkan pada hari kiamat seperti kambing kelabu. Kemudian dikatakan: ‘Wahai penduduk surga!’, maka mereka melihat dengan mendongak (kepada penyeru tersebut, red), lalu dikatakan; ‘Apa kalian mengetahui ini?’, Mereka menjawab: ‘Ya, itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. kemudian dikatakan kepada penduduk neraka: ‘Wahai penghuni neraka, apa kalian mengetahui ini?’, Mereka melihat dengan mendongak (kepada penyeru tersebut, red), mereka menjawab: ‘Ya, itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. Lalu kematian itu disembelih. Setelah itu dikatakan: ‘Wahai penduduk surga, kekal tidak ada ada kematian dan wahai penduduk neraka, kekal tidak ada kematian’.” Setelah itu beliau –Shallallaahu ‘alaihi wa sallama- membaca: “Dan berilah mereka peringatan tentang Hari Penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39). Merekalah penduduk dunia yang lalai dan mereka tidak beriman.” (HR. al-Bukhari No. 4361)


Berkata al-‘Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Nasheer as-Sa’dee –raheemahullaahu- (w. 1376 H) berkaitan dengan QS. Maryam: 39 (yang termaktub dalam hadits di atas, red) di dalam tafsirnya;

الإنذار هو: الإعلام بالمخوف على وجه الترهيب، والإخبار بصفاته، وأحق ما ينذر به ويخوف به العباد، يوم الحسرة حين يقضى الأمر، فيجمع الأولون والآخرون في موقف واحد، ويسألون عن أعمالهم،.فمن آمن بالله، واتبع رسله، سعد سعادة لا يشقى بعدها،.ومن لم يؤمن بالله ويتبع رسله شقي شقاوة لا سعادة  بعدها، وخسر نفسه وأهله،. فحينئذ يتحسر، ويندم ندامة تتقطع منها القلوب، وتنصدع منها الأفئدة، وأي: حسرة أعظم من فوات رضا الله وجنته، واستحقاق سخطه والنار، على وجه لا يتمكن من الرجوع، ليستأنف العمل، ولا سبيل له إلى تغيير حاله بالعود إلى الدنيا؟! فهذا قدامهم، والحال أنهم في الدنيا في  غفلة عن هذا الأمر العظيم لا يخطر بقلوبهم، ولو خطر فعلى سبيل الغفلة، قد عمتهم الغفلة، وشملتهم السكرة، فهم لا يؤمنون بالله، ولا يتبعون رسله، قد ألهتهم دنياهم، وحالت بينهم وبين الإيمان شهواتهم المنقضية الفانية

فالدنيا وما فيها، من أولها إلى آخرها، ستذهب عن أهلها، ويذهبون عنها، وسيرث الله الأرض ومن عليها، ويرجعهم إليه، فيجازيهم بما عملوا فيها، وما خسروا فيها أو ربحوا، فمن فعل خيرا فليحمد الله، ومن وجد غير ذلك، فلا يلومن إلا نفسه

“Kata الإنذار bermakna pemberitahuan tentang hal-hal yang menakutkan dengan nada mengancam dan menyampaikan tentang sifat-sifatnya. Dan obyek yang paling pantas menjadi bahan peringatan dan ancaman bagi para hamba adalah Hari Penyesalan (Kiamat), saat semua perkara diputuskan dan orang-orang  terdahulu sampai generasi terakhir dikumpulkan pada satu tempat. Mereka akan ditanya mengenai amal perbuatan mereka. Maka barangsiapa beriman kepada Allah dan mengikuti para RasulNya, niscaya akan menikmati kebahagiaan tanpa pernah mengalami penderitaan setelah itu. Sedangkan orang yang tidak beriman serta tidak mengikuti para RasulNya, niscaya akan merasakan hidup celaka tanpa akan pernah mengenyam kebahagiaan setelahnya. Dia merugi atas diri dan keluarganya. Pada saat itu ia bersedih dan menyesal dengan penyesalan yang membuat kalbu terputus (dari pengharapan) dan menjadikan hati hancur tak karuan. Adakah kesedihan yang lebih besar daripada kesedihan lantaran luput dari mendapatkan ridha dengan surga Allah, lalu menerima kepastian murka Allah serta dimasukkan ke dalam neraka, dalam keadaan yang tidak memiliki kemungkinan kembali (ke dunia lagi) untuk memulai amalan baru dan tidak ada cara lain untuk merubah keadaan dirinya dengan kembali ke dunia?, Inilah keadaan yang menyongsong mereka. Sementara di dunia, mereka lalai dari persoalan besar ini. Masalah ini tidak terbetik dalam hati-hati mereka. Kalaupun terngiang-ngiang, maka dalam suasana yang lalai. Kelalaian menyelimuti mereka dengan merata dan keterlenaan telah menguasai diri mereka. Mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak mengikuti para Rasul. (Kenikmatan) Dunia telah memperdayai mereka. Godaan-godaan syahwat yang akan sirna lagi fana telah menjadi faktor penghalang antara mereka dan keimanan. Dunia beserta isinya, dari permulaan sampai penghujungnya, akan pergi meninggalkan pemiliknya, dan para penghuninya pun akan berpisah dengannya. Kemudian Allah mengambil alih dunia dan semua isinya, mengembalikan mereka semua kepadaNya. Selanjutnya, Allah memberikan balasan kepada mereka sesuai dengan amal perbuatan, baik berupa kerugian maupun keuntungan mereka di dunia. Barangsiapa melakukan perbuatan baik, hendaklah dia memuji Allah. Sedangkan orang yang menjumpai amalan selain itu (amalan buruk), janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 4, juz. 16, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)


Dalam makalahnya, al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyyah menjelaskan; “Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. at-Tirmidzi no. 2307, an-Nasa’i No. 1824, Ibnu Majah No. 4258. al-‘Allamah al-Albani –rahimahullaahu- berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)


Dalam hadits di atas ada beberapa faedah: Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian (berada) di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan. Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)[1]


Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang mengetahui secara pasti kapan ia akan “pergi” (baca: mati), dimana “kepergian” itu terjadi dan dengan cara apa ia “pergi”. Satu hal yang pasti, yakni “kepergian” atau kematian itu sendiri sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla;

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (35

“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. al-Anbiya: 35)


al-‘Allamah ‘Abd ar-Rahman bin Nasheer as-Sa’dee –raheemahullaahu- (w. 1376 H) menjelaskan;

وهذا يشمل سائر نفوس الخلائق، وإن هذا كأس لا بد من شربه وإن طال بالعبد المدى، وعمّر سنين، ولكن الله تعالى أوجد عباده في الدنيا، وأمرهم، ونهاهم، وابتلاهم بالخير والشر، بالغنى والفقر، والعز والذل والحياة والموت، فتنة منه تعالى ليبلوهم أيهم أحسن عملا ومن يفتتن عند مواقع الفتن ومن ينجو

“Pengertian ini mencakup segenap nyawa para makhluk. Dan ajal ibarat gelas yang harus ditenggak oleh setiap makhluk, kendati pun masa hidup seorang hamba lama dan dikaruniai umur panjang. Akan tetapi Allah Ta’ala menciptakan para hambaNya di dunia untuk diperintah dan dikekang dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik maupun yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala;

ليبلوهم أيهم أحسن عملا

“Supaya Kami menguji mereka siapakah yang paling baik amalannya.” (QS. al-Kahfi: 7)

Siapa yang akhirnya terjebak dalam lubang-lubang fitnah dan siapa yang berhasil selamat.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 4, juz. 17, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)


Dan seseorang itu dikatakan cerdas jika ia banyak mengingat mati, bukan (mengingat) dunia dan seisinya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama ketika beliau ditanya oleh seorang laki-laki dari kalangan Anshar; ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah No. 4259, dari shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh al-‘Allamah al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1384)


al-Imam al-Qurthubi –raheemahullaahu- (w. 671 H) berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?'.” (At-Tadzkirah, hal. 9) [2]


Akhirnya, perkataan para salaf ini menjadi penutup yang sempurna sebagai pengingat bagi kita semua;

اَلْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تُقَطِّعْهُ قَطَّعْكَ

Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak memutusnya (mengisinya) maka dia yang akan memutusmu (menghilangkan kesempatanmu). [3]


______
[1]. Majalah AsySyariah Edisi 037
[2]. Ibid
[3]. Buletin Manhaj Salaf, Edisi: 55/Th. II, tgl 21 Shafar 1426 H, penulis al-Ustadz Muhammad Umar as-Sewed
[Baca Selengkapnya...]


 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula