Saling nasihat-menasihati
dalam kebenaran adalah salah satu perkara penting yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam Islam.
Dia berfirman dalam kitabNya;
وَالْعَصْرِ
(1) إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3
“Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr: 1-3)
al-‘Allamah ‘Abdurrahman
bin Nashir as-Sa’dy –raheemahullahu- menjelaskan ayat di atas dalam tafsirnya;
أقسم
تعالى بالعصر، الذي هو الليل والنهار، محل أفعال العباد وأعمالهم أن كل إنسان خاسر،
والخاسر ضد الرابح والخسار مراتب متعددة متفاوتة قد يكون خسارًا مطلقًا، كحال من خسر
الدنيا والآخرة، وفاته النعيم، واستحق الجحيم وقد يكون خاسرًا من بعض الوجوه دون بعض،
ولهذا عمم الله الخسار لكل إنسان، إلا من اتصف بأربع صفات
“Allah Ta’ala bersumpah
dengan masa, yaitu siang dan malam sebagai tempat terjadinya
perbuatan-perbuatan manusia, bahwa manusia itu rugi. Orang yang rugi adalah
kebalikan dari orang yang beruntung. Tingkatan orang yang rugi bermacam-macam;
ada yang rugi secara mutlak seperti kondisi orang yang rugi di dunia dan di
akhirat. Ia tidak mendapatkan kenikmatan dan berhak mendapatkan neraka Jahim.
Ada yang rugi di sebagian sisi saja. Karena itu Allah Ta’ala menyebutkan
kerugian untuk setiap manusia secara umum, kecuali orang yang memiliki empat
sifat:
الإيمان
بما أمر الله بالإيمان به، ولا يكون الإيمان بدون العلم، فهو فرع عنه لا يتم إلا به
Iman terhadap apa yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala dengan beriman kepadaNya.
Dan iman tidak ada tanpa adanya ilmu. Ilmu adalah bagian dari iman yang
tanpanya keimanan menjadi tidak sempurna.
والعمل
الصالح، وهذا شامل لأفعال الخير كلها، الظاهرة والباطنة، المتعلقة بحق الله وحق عباده
، الواجبة والمستحبة
Amal shalih.
Dan ini mencakup seluruh perbuatan baik, lahir maupun batin, yang berkaitan
dengan hak-hak Allah Ta’ala dan hak-hak hambaNya, yang wajib dan yang
dianjurkan.
والتواصي
بالحق، الذي هو الإيمان والعمل الصالح، أي: يوصي بعضهم بعضًا بذلك ، ويحثه عليه، ويرغبه
فيه
Saling menasihati
dengan kebenaran yang merupakan iman dan amal shalih, yakni
sebagian orang menasihati sebagian yang lain dengan kebenaran, mendorong dan
menganjurkannya.
والتواصي
بالصبر على طاعة الله، وعن معصية الله، وعلى أقدار الله المؤلمة فبالأمرين الأولين،
يكمل الإنسان نفسه، وبالأمرين الأخيرين يكمل
غيره، وبتكميل الأمور الأربعة، يكون الإنسان قد سلم من الخسار، وفاز بالربح < العظيم
>
Saling menasihati dengan
kesabaran adalah dalam ketaatan terhadap Allah Ta’ala, bersabar
menjauhi maksiat, dan bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah Ta’ala yang
menyakitkan. Dengan dua hal yang pertama, seseorang menyempurnakan dirinya
sendiri dan dengan dua hal kedua, seseorang menyempurnakan orang lain dan
dengan melengkapi keempat hal tersebut, seseorang terhindar dari kerugian dan
mendapatkan keuntungan besar.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 7, juz. 30,
tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Namun herannya, masih saja ada segelintir orang
yang suka bersu’uzhan (berperasangka buruk) kepada saudaranya yang gigih menyampaikan nasihat dan
peringatan dengan tuduhan yang buruk dan tidak pada tempatnya.
Seperti ketika seseorang menasihati saudaranya dengan perkataan, “Wahai saudaraku, Allah
Ta’ala dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk menjauhi riba, tidak mencari rizki
dengan jalan riba, tidak bekerja di tempat yang di dalamnya mengandung riba
karena termasuk berta’awun ‘alal itsmi wal ‘udwan.” Lalu muncul komentar sinis dari seseorang, “Ga usahlah mengurusi urusan orang lain. Biarkan saja mereka bekerja sesuai
pilihan hatinya. Toh anda tidak dirugikan kan?. Ga usah pula membicarakan halal wal haram. Bilang saja anda iri dengan kesuksesan duniawi dan karir mereka,
sesuatu yang belum pernah anda dapat dan rasakan sejauh ini bukan?. Anda juga bukan Tuhan, jadi ga usahlah menghukumi seseorang.” Kemudian ia tutup dengan
statement pamungkasnya i.e, “Ketauhilah bahwa sirik itu tanda tak mampu!.”
Padahal nasihat atau peringatan itu sangat penting dan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “Siapa bilang?”, Allah Ta’ala sendiri yang mengatakan dalam kitabNya. Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut;
Padahal nasihat atau peringatan itu sangat penting dan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “Siapa bilang?”, Allah Ta’ala sendiri yang mengatakan dalam kitabNya. Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut;
وَذَكِّرْ
فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (55
“Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. adz-Dzariyat: 55)
al-‘Allamah as-Sa’dy
menjelaskan;
والتذكير
نوعان: تذكير بما لم يعرف تفصيله، مما عرف مجمله بالفطر والعقول فإن الله فطر العقول على محبة الخير وإيثاره، وكراهة
الشر والزهد فيه، وشرعه موافق لذلك، فكل ما أمر به ونهى من الشرع، فإنه من التذكير،
وتمام التذكير، أن يذكر ما في المأمور به ، من الخير والحسن والمصالح، وما في المنهي
عنه، من المضار والنوع الثاني من التذكير: تذكير بما هو معلوم للمؤمنين، ولكن انسحبت عليه الغفلة والذهول،
فيذكرون بذلك، ويكرر عليهم ليرسخ في أذهانهم، وينتبهوا ويعملوا بما تذكروه، من ذلك،
وليحدث لهم نشاطًا وهمة، توجب لهم الانتفاع والارتفاع وأخبر الله أن الذكرى تنفع المؤمنين،
لأن ما معهم من الإيمان والخشية والإنابة، واتباع رضوان الله، يوجب لهم أن تنفع فيهم
الذكرى، وتقع منهم الموعظة موقعها كما قال تعالى :
فَذَكِّرْ
إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى * سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى * وَيَتَجَنَّبُهَا الأَشْقَى
وأما
من ليس له معه إيمان ولا استعداد لقبول التذكير، فهذا لا ينفع تذكيره، بمنزلة الأرض
السبخة، التي لا يفيدها المطر شيئًا، وهؤلاء الصنف، لو جاءتهم كل آية، لم يؤمنوا حتى
يروا العذاب الأليم
“Memberi peringatan terbagi
menjadi dua macam; Peringatan yang perinciannya tidak diketahui namun secara
garis besarnya dapat diketahui oleh fitrah dan akal sehat, karena Allah Ta’ala
telah membentuk akal dengan fitrah yang menyukai kebaikan serta mengedepankan
kebaikan dan juga membenci keburukan serta meninggalkannya. Dan syariat Allah
Ta’ala sesuai dengan hal itu. Maka seluruh perintah dan dan larangan syariat
merupakan peringatan. Peringatan yang sempurna adalah peringatan yang di dalamnya
disebutkan kebaikan-kebaikan, kemashlahatan-kemashlahatan yang terdapat pada
apa yang diperintahkan serta disebutkannya mudarat dari apa yang dilarang
disebutkan. Kedua adalah peringatan yang diketahui oleh orang-orang yang
beriman, hanya saja dilalaikan sehingga perlu diulang-ulang agar mereka ingat
kembali, agar mengakar di dalam otak mereka, dan agar waspada sehingga mereka
mengetahui peringatan yang disampaikan, menimbulkan semangat dan tekad tinggi
yang menyebabkan mereka memanfaatkan peringatan tersebut hingga derajat mereka
bisa terangkat. Allah Ta’ala mengabarkan bahwa peringatan itu berguna bagi
orang-orang beriman sebab keimanan yang mereka miliki dan juga rasa takut
(khouf), kembali kepada Allah Ta’ala, serta meniti keridhaanNya mengharuskan
mereka terpengaruh oleh peringatan dan nasihat pun mengena pada tempatnya
sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala;
فَذَكِّرْ
إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى * سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى * وَيَتَجَنَّبُهَا الأَشْقَى
“Maka berilah peringatan,
karena peringatan itu bermanfaat, akan diingat oleh orang-orang yang takut dan
akan dijauhi oleh orang yang celaka.” (QS. al-A’la: 9-11)
Adapun orang yang tidak
memiliki keimanan serta tidak memiliki kesiapan untuk menerima peringatan, maka
peringatan sama sekali tidak berguna baginya, sama seperti tanah lembab dan
asin yang tidak bisa memanfaatkan air hujan sama sekali. Orang-orang seperti
ini andai seluruh ayat datang kepada mereka, tentu mereka tidak beriman hingga
mereka melihat azab yang pedih.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 7, juz. 27,
tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail)
Ada satu pertanyaan penting yang perlu kiranya dijawab oleh orang-orang yang suka bersu’uzhan kepada saudara muslimnya yang berusaha mengamalkan QS. al-‘Ashr diatas yakni: “Apakah anda orang yang beriman?”. Jika
jawabannya “Iya”, maka seharusnya anda berbahagia dan bersyukur karena masih ada
saudara anda sesama muslim yang peduli dan mau berbagi nasihat dan
peringatan dengan anda atau dengan saudara-saudara anda yang sedang terjatuh
dalam perkara yang membinasakan. Peringatan itu seharusnya membuat kita waspada hingga kita mengetahui dan memahami peringatan yang disampaikan, menimbulkan semangat dan
tekad yang tinggi untuk memanfaatkan peringatan tersebut
hingga (akhirnya) derajat kita bisa terangkat (mengutip keterangan asy-Syaikh as-Sa’dy –raheemahullaahu-
diatas, red). Namun jika jawabannya “Tidak” maka benarlah apa yang dikatakan
oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala bahwa peringatan atau nasihat itu (hanya)
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Maka (mengutip penjelasan asy-Syaikh
as-Sa’dy –raheemahullaahu-), “Orang-orang seperti ini andai seluruh ayat datang
kepada mereka, tentu mereka tidak beriman hingga mereka melihat azab yang pedih.” Sebab peringatan atau nasihat yang baik yang disampaikan dengan cara hikmah sekalipun tidak membuat mereka berubah dan tunduk sama sekali.
Finally, mudah-mudahan kita termasuk orang yang ikhlas menerima nasihat dan peringatan, terlebih-lebih jika nasihat dan peringatan itu datangnya dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sekalipun terasa pahit, pedas di telinga, dan menyakitkan hati. Wallaahu Subhaanahu wa Ta’ala a’lamu...
Finally, mudah-mudahan kita termasuk orang yang ikhlas menerima nasihat dan peringatan, terlebih-lebih jika nasihat dan peringatan itu datangnya dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sekalipun terasa pahit, pedas di telinga, dan menyakitkan hati. Wallaahu Subhaanahu wa Ta’ala a’lamu...
تقبل
الله منا ومنكم
Semoga Allah (Subhaanahu wa
Ta’ala) menerima ibadah kita semua.
Lengkong Kecil,
Bandung
_______
Maraji’ :
Taiseer
al-Kareem ar-Rahman vol. 7, juz. 27 dan juz. 30, tahqiq: Sa’ad bin Fawwaz
ash-Shumail