Kelak Kenikmatan Itu Akan Ditanya



Bagi sebagian kalangan, bermegah-megahan dalam hidup dianggap sebagai perilaku sosial yang biasa dan wajar. “Asal tidak merugikan orang lain ya gak masalah. Toh kemewahan yang kami dapat berasal dari uang kami sendiri, bukan uang milik orang lain.” begitu kata mereka. Bermacam-macam alasannya, mulai dari reputasi (persepsi mengenai gengsi (prestige) atau pengakuan dari orang lain, red), harga diri (self-esteem), status sosial hingga alasan; “dalam rangka memantaskan diri” di tengah-tengah kaum “sosialita” berdasi. Sepertinya perilaku hedonis seperti ini akan terus berlangsung dari masa ke masa hingga akhir zaman. Hal ini dijelaskan secara langsung oleh Allah Ta’ala di dalam QS. At-Takatsur (التَّكَاثُرُ). Dalam surat tersebut Allah Ta’ala memperingatkan hamba-hambaNya agar tidak terlalaikan oleh dunia dan melarang mereka hidup bermewah-mewah. Mengapa? Karena pada hari penghisaban kelak, Allah Ta’ala akan menanyai setiap hambaNya tentang kenikmatan yang mereka megah-megahkan di dunia sewaktu hidup itu. Tidak tanggung-tanggung, Allah Ta’ala pun mengancam dengan neraka Jahim bagi mereka yang ‘menyalahgunakan’ nikmat-nikmatNya tersebut. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman;

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu akan melihat Neraka Jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia) itu.” (QS. At-Takastur: 1-8)


Tafsir Ayat

يقول تعالى موبخًا عباده عن اشتغالهم عما خلقوا له من عبادته وحده لا شريك له، ومعرفته، والإنابة إليه، وتقديم محبته على كل شيء: ( أَلْهَاكُمُ ) عن ذلك المذكور ( التَّكَاثُرُ ) ولم يذكر المتكاثر به، ليشمل ذلك كل ما يتكاثر به المتكاثرون، ويفتخر به المفتخرون، من التكاثر في الأموال، والأولاد، والأنصار، والجنود، والخدم، والجاه، وغير ذلك مما يقصد منه مكاثرة كل واحد للآخر، وليس المقصود به الإخلاص لله تعالى

{1}. Allah Ta’ala berfirman mencela hamba-hambaNya karena lalai dari tujuan penciptaannya yaitu beribadah hanya kepadaNya yang tidak ada sekutu bagiNya, mengenalNya, kembali kepadaNya dan mengedepankan kecintaan kepadaNya terhadap kecintaan terhadap apapun. ( أَلْهَاكُمُ ) ‘telah melalaikan kamu’ dari semua itu, ( التَّكَاثُرُ ) ‘bermegah-megahan’. Allah Ta’ala tidak menyebutkan apa yang diperbanyak dan dimegah-megahkan, agar hal itu mencakup semua yang diperbanyak dan dipermegah oleh orang-orang yang bermegah-megahan dan dibangga-banggakan oleh mereka yang membangga-banggakannya, berupa bermegah-megah dalam harta, anak, pembela, tentara, pembantu, wibawa, dan lain sebagainya yang ditujukan untuk dijadikan perlombaan satu sama lain, namun tidak dimaksudkan untuk mencari ridha’ Allah Ta’ala.

فاستمرت غفلتكم ولهوتكم [وتشاغلكم] ( حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ) فانكشف لكم حينئذ الغطاء، ولكن بعد ما تعذر عليكم استئنافه ودل قوله: ( حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ) أن البرزخ دار مقصود منها النفوذ إلى الدار الباقية ، أن الله سماهم زائرين، ولم يسمهم مقيمين فدل ذلك على البعث والجزاء بالأعمال في دار باقية غير فانية

{2}. Kelalaian, bermain-main, dan mempersibuk dirimu terus berlangsung, ( حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ) ‘sampai kamu masuk ke dalam kubur’. Pada saat itu terbukalah penutup bagimu, hanya saja setelah kalian tidak bisa memulainya. Firman Allah Ta’ala, ( حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ) ‘sampai kamu masuk ke dalam kubur’ menunjukkan bahwa alam barzakh adalah tempat yang dimaksudkan untuk berpindah ke akhirat, karena Allah Ta’ala menyebut orang-orang yang berada di dalam barzah sebagai para pengunjung, tidak menyebut mereka sebagai para penghuni. Hal ini menunjukkan bahwa kebangkitan dan pembalasan amal perbuatan berada di akhirat yang kekal, bukan di tempat fana.

ولهذا توعدهم بقوله: ( كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ) أي: لو تعلمون ما أمامكم علمًا يصل إلى القلوب، لما ألهاكم التكاثر، ولبادرتم إلى الأعمال الصالحة ولكن عدم العلم الحقيقي، صيركم إلى ما ترون، ( لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ) أي: لتردن القيامة، فلترون الجحيم التي أعدها الله للكافرين

{3-6}. Karena itu Allah Ta’ala mengancam mereka, ( كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ) ‘janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin’ Yakni, andai saja kalian mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari padamu dengan pengetahuan yang sampai di hati, niscaya bermegah-megahan tidak membuat kalian lalai dan niscaya kalian bersegera menunaikan amal-amal baik. Hanya saja karena kalian tidak mengetahui dengan sebenarnya itulah yang membuat kalian seperti yang kalian lihat. ( لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ) ‘niscaya kamu akan melihat neraka Jahim’ yakni, kalian akan benar-benar mendatangi Hari Kiamat dan akan melihat Neraka Jahim yang disediakan Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir.

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ) أي: رؤية بصرية، كما قال تعالى )

{7}. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin’ yakni dengan penglihatan mata seperti yang disebutkan dalan firman Allah Ta’ala;

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

“Dan orang-orang yang berdosa melihat mereka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya.” (QS. Al-Kahfi: 53)

( ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ) الذي تنعمتم به في دار الدنيا، هل قمتم بشكره، وأديتم حق الله فيه، ولم تستعينوا به، على معاصيه، فينعمكم نعيمًا أعلى منه وأفضل أم اغتررتم به، ولم تقوموا بشكره؟ بل ربما استعنتم به على معاصي الله فيعاقبكم على ذلك، قال تعالى:

{8}. ( ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ) ‘Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan itu’ yakni yang kalian megah-megahkan di dunia, apakah kalian mensyukurinya dan kalian tunaikan hak-hak Allah Ta’ala di dalamnya dan tidak kalian jadikan penopang untuk kemaksiatan sehingga Allah Ta’ala memberi nikmat yang lebih tinggi dan lebih baik darinya? Ataukah kalian terpedaya olehnya, tidak kalian syukuri bahkan bisa jadi kalian jadikan sebagai penopang untuk berbuat kemaksiatan sehingga Allah Ta’ala menyiksa kalian karena hal itu? Allah Ta’ala berfirman;

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, (kepada mereka dikatakan), ‘Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik.’” (QS. Al-Ahqaf: 20)


_______________

Source: Taiseer al-Kareem ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan vol. 7 juz. 30; by al-‘Allamah as-Sa’di




0 Respones to "Kelak Kenikmatan Itu Akan Ditanya"

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula