Don’t Hurt Our Mother



Datang sebuah nasihat yang sangat indah lagi menyentuh jiwa dari seorang ‘alim rabbani, ulama ahlul hadits kenamaan di zamannya, al-Imam al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin ‘Utsman bin Qaimaz at-Turkmaniy al-Fariqiy ad-Dimasyqiy asy-Syafi’iy[1] atau yang terkenal di kalangan thalabul ‘ilmi dengan nama al-Hafizh adz-Dzahabiy –raheemahullaahu- (673–784 H), seorang imam al-jarh wa ta’dil dan ahli tarikh terkemuka dan terpercaya mengenai anjuran berbakti kepada kedua orang tua. Beliau –raheemahullaahu- berkata dalam kitabnya yang masyhur, al-Kabaair (كتاب الكبائر), bab: عقوق الوالدين


“Wahai orang yang menyia-nyiakan hak yang paling besar, yang menjauhkan diri dari berbakti kepada kedua orang tua, yang durhaka, yang melupakan salah satu kewajiban, yang lalai dari sesuatu yang ada di hadapan, sesungguhnya berbakti kepada kedua orang tua itu adalah hutang bagimu. Sayang sekali kamu membayarnya dengan cara yang tidak baik, penuh noda aib. Kamu sendiri sibuk mencari surga, padahal ia ada di bawah telapak kaki ibumu[2]. Ibumu yang telah mengandungmu selama sembilan bulan yang bagaikan sembilan kali berhaji. Ia yang di kala melahirkanmu menderita mempertaruhkan nyawa. Ia yang telah menyusuimu, menahan kantuk untukmu, memandikanmu dengan tangannya yang lembut, dan selalu mendahulukanmu untuk urusan makanan. Ia yang pangkuannya telah menjadi tempat yang nyaman bagimu. Ia yang telah mencurahkan sepenuh kasih sayangnya kepadamu, jika kamu sakit atau tampak menderita niscaya ia berduka, bersedih, menangis tiada batasnya. Ia pasti mengeluarkan semua yang dimilikinya demi mencarikan dokter buatmu. Ia yang seandainya diminta untuk memilih kehidupanmu atau kematiannya, pastilah ia teriakkan kehidupanmu dengan suara yang paling lantang. Betapa sering kamu mempergaulinya dengan akhlak yang tercela, namun ia tetap memohonkan taufik bagimu dalam setiap doanya.


Akan tetapi ketika kerentaan menghampirinya dan ia membutuhkanmu, kamu menganggapnya sebagai sesuatu yang paling tidak berharga. Ketika kamu kenyang oleh makanan dan minuman, ia dalam lapar dan dahaga. Kamu selalu mengedepankan keluarga dan anak-anakmu daripada berbuat baik kepadanya. Kamu telah melupakan semua upayanya. Urusannya kamu anggap sangat berat, padahal sebaliknya ia sangatlah ringan. Umurnya kamu anggap teramat panjang, padahal sebenarnya pendek. Kamu mengisolir dan mengasingkannya, padahal ia tidak mendapatkan penolong selain dirimu. Demikian pula, pun Penolongmu (i.e الله عز وجل) telah melarangmu dari mengucapkan kata yang menyakitkannya dan menegurmu dengan teguran yang halus; di dunia kamu akan mendapati sikap durhaka dari anak-anakmu dan di akhirat akan mendapati keadaan jauh dari Rabb semesta alam. Dia –Subhaanahu wa Ta’ala- menyerumu, mengingatkanmu;

ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Al-Hajj: 10)


Hak Ibunda tak terhitung, andai pun kau tahu itu pun kecil bagi dirinya

Berapa malam dilaluinya dengan segala rintihan dan keluhan dari bibirmu

Melahirkanmu sungguh beratnya hati terbang begitu serasa

Tangan lembutnya menyingirkan segala aral dari dirimu

Pangkuannya menghantarkan semua mimpi-mimpi indahmu

Oleh keluh adumu rela ia gadaikan diri

Pun rela kau hisap seluruh sari

Kadang lapar menerpa tetapi ransumnya untukmu

Demi cinta dan kasih untukmu, si kecil manja

Sungguh celaka si berakal budak nafsunya

Pula si buta hati terjaga matanya

Apapun, berharaplah keluasan doanya

Karena engkau benar-benar membutuhkannya.”


---Selesai kutipan---

Diterjemahkan oleh: Abu Zufar Imtihan asy-Syafi’i, Pustaka Arafah.


________

[1]. Banyak ulama-ulama besar di zamannya yang memuji ketinggian ilmu beliau, diantaranya;

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata tentangya, “Beliau adalah Syaikh al-Hafizh al-kabir, Pakar Tarikh Islam, Syaikhul muhadditsin (gurunya para muhaddits)… beliau adalah penutup syuyukh hadits (guru-guru ahlul hadits) dan huffazhnya.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, XIV:225)

Al-Imam Tajuddin as-Subki berkata, “Beliau adalah syaikh Jarh wa Ta’dil, pakar Rijal, seakan-akan umat ini dikumpulkan di satu tempat kemudian beliau melihat dan mengungkapkan sejarah mereka.” (Thabaqah Syafi’iyyah Kubra, IX/101) dll.........

[2]. “Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya.” (Diriwayatkan dari Mu’âwiyah bin Jâhimah yang dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad vol. III, hal. 429 dan al-Imam an-Nasâ`iy, Sunan Ibn Mâjah, no. 2781 dan al-Mustadrak karya al-Imam al-Hâkim, vol. II, hal. 104)



0 Respones to "Don’t Hurt Our Mother"

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula