Perumpamaan Dunia Selanjutnya



Dari Abu Sa’id al-Khudry radhiyallaahu ‘anhu dia berkata;

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama berdiri lalu berkhatbah, “Tidak wallaahi (demi Allah), aku tidak mengkhawatirkan apapun dari kalian selain pada bunga dunia yang dikeluarkan Allah.”

Seorang laki-laki berdiri, dia bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah kebaikan mendatangkan keburukan?”

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama diam, kemudian bersabda, “Apa yang engkau tanyakan?”

Laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, adakah kebaikan mendatangkan keburukan?”

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Kebaikan itu mendatangkan kebaikan juga. Segala sesuatu yang tumbuh di musim semi dapat membunuh atau membinasakan. Kecuali hewan pemakan tumbuh-tumbuhan yang ketika kenyang, ia menghadap ke arah matahari dan membuang kotorannya. Setelah itu ia lari. Setelah perutnya kosong, ia makan lagi. Maka, siapapun yang mengambil harta dengan haknya, akan diberkahi hartanya. Dan siapa yang mengambil harta yang bukan haknya maka dia seperti orang yang makan akan tetapi tidak pernah kenyang.” [HR. Bukhari No. 6427 dan Muslim No. 122 dalam az-Zakah]

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali mencantumkan hadits diatas dalam kitab Qaala Ibnu Rajab. Hari ini saya ingin mengcopy-paste penjelasan al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab beliau ‘Uddatush Shaabirin terkait hadits tersebut. Berikut syarh-nya (semoga bermanfaat bagi kita semua).

Berkata al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah –Semoga Allah Ta’ala merahmatinya-:

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama mengabarkan bahwa beliau khawatir para shahabat akan terpikat oleh dunia. Oleh karena itu beliau mengumpamakan dunia dengan bunga. Sebab, kemiripan dunia dengan bunga terletak pada keindahan dan ketidakabadiannya. Padahal di balik dunia itu terdapat akhirat yang memiliki buah yang lebih baik dan lebih abadi.

Sabda beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallama, “Segala sesuatu yang tumbuh di musim semi dapat membunuh atau membinasakan”, adalah merupakan perumpamaan yang sangat indah. Ini adalah peringatan bagi orang yang menikmati dunia dan bergelimang harta. Sebagaimana binatang ternak bernafsu sekali dan sangat berambisi ketika melihat tumbuh-tumbuhan segar di musim semi, maka dengan rakus ia memakannya sampai mati karena kekenyangan. Pun demikian sifat rakus terhadap dunia. Sifat ini dapat mematikan orang yang menikmatinya, atau setidaknya menggiringnya kepada kematian/kebinasaan. Kenyataan membuktikan/menunjukkan bahwa banyak orang kaya (yang) terbunuh oleh kekayaan mereka sendiri. Dengan rakus mereka mengumpulkan harta kekayaan, sementara orang lain membutuhkannya. Mereka pun tidak bisa mengumpulkan harta itu kecuali dengan jalan membunuh, ataupun menginjak dan menindas orang lain.

Sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama, “Kecuali hewan pemakan tumbuh-tumbuhan”, adalah perumpamaan untuk orang yang mengambil dunia secukupnya. Beliau membuat perumpamaan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan yang makan sebatas kebutuhan dirinya, yakni sampai lambungnya penuh.

Sabda Nabi Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama tersebut, “yang ketika kenyang, ia menghadap ke arah matahari dan membuang kotorannya”, mengandung tiga faidah;

[1]. Bahwa hewan itu setalah ia puas memenuhi lambungnya dengan tumbuh-tumbuhan tersebut, dia menghadap ke arah matahari dan membuang kotorannya.

[2]. Hewan itu berpaling dari kerakusan yang bisa membahayakan dirinya. Kemudian ia menghadap pada sesuatu yang bermanfaat baginya, seperti berjemur di bawah sinar matahari. Perbuatannya ini (akan) mematangkan makanan yang sedang diproses (dalam perutnya), lalu mengeluarkannya berupa kotoran dari perut (tersebut).

[3]. Hewan itu mengosongkan lambungnya dengan membuang kotoran yang berasal dari makanan yang ditimbunnya di dalam perut. Ia akan merasa leluasa dan lega setelah mengeluarkan kotorannya. Karena apabila kotoran tersebut ditahannya maka bisa membunuhnya. Dia akan mendapat kebaikan jika melakukan seperti apa yang dilakukan hewan tersebut.

Hadits tersebut dimulai dengan menyebutkan sifat rakus sebagai perumpamaan orang yang mengumpulkan dan mendapatkan kekayaan dunia. Orang seperti ini tak ubahnya binatang yang dengan kerakusan dan ketamakannya memakan tumbuh-tumbuhan sampai (/hampir) mati karena kekenyangan. Jadi ketamakan dan kerakusan itu dapat mematikan/membinasakan atau mendekatkan pada kematian/kebinasaan.

Musim semi menumbuhsuburkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan. Maka binatang disana pun bergembira dan bersenang-senang hingga perutnya menggelembung melebihi kapasitas perutnya. Sehingga usus dan lambungnya merasa berat dan ia pun mati (karenanya). Demikian pula manusia yang pekerjaannya mencari dan menghimpun kekayaan dunia yang tidak menghiraukan halal dan haramnya, lalu menahannya dan membelanjakannya dengan tidak benar.

Kemudian pada akhir hadits ditutup dengan perumpamaan orang yang sederhana. Dia seperti pemakan tumbuh-tumbuhan yang dapat bermanfaat baginya. Akan tetapi ia tidak rakus dan tidak makan melebihi kapasitas perutnya. Ia hanya makan sesuai kebutuhan. Ia hanya mengambil sekedar yang dibutuhkannya (saja) lalu (segera) mengalihkan perhatian pada hal lain yang bermanfaat. Pengeluaran kotoran oleh hewan tersebut diumpamakan dengan orang yang mengeluarkan hartanya sesuai haknya. Karena sikap menghitung-hitung dan menahan harta itu dapan membahayakan dirinya.

Maka dari itu selamatlah dirinya dari marabahaya timbunan harta itu, karena dia hanya mengambil harta sekedar dengan kebutuhannya. Ia juga selamat dari bahaya menahan harta, yaitu dengan mengeluarkannya. Sebagaimana halnya hewan yang selamat dari kematian dengan membuang kotorannya.

Dalam hadits ini terdapat sebuah isyarat untuk hidup sederhana, hidup di tengah-tengah antara kerakusan –pada tumbuh-tumbuhan yang dapat mematikan bila berlebihan dalam memakannya- dan berpaling darinya sama sekali –sehingga dapat membuat kelaparan yang juga mematikan-. Hadits ini juga mengandung nasihat bagi orang yang memiliki banyak harta agar melakukan sesuatu yang dapat menjaga kekuatan dan kesehatan tubuh maupun hatinya, yaitu dengan mengeluarkan dan menginfakkan hartanya serta tidak menghitung-hitungnya sehingga dapat membahayakan.

== Selesai kutipan ==



1 Respones to "Perumpamaan Dunia Selanjutnya"

muhienj mengatakan...

terimakasih atas informasinya..


11 November 2011 pukul 03.50

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula