Tidaklah Ringan Menjadi Seorang Pemimpin



Sering kali kita temui, sekumpulan orang di sekitar kita yang begitu berambisi mengejar sebuah jabatan atau kedudukan hingga berbagai macam cara mereka tempuh demi mewujudkan ambisinya itu. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama pernah mengingatkan, “Sungguh kalian akan berambisi untuk meraih kepemimpinan (kedudukan, red) dan kelak kalian akan menyesal di hari kiamat.” [HR. Bukhari No. 7148]

Sedikit sekali dari mereka i.e orang-orang yang berambisi meraih kepemimpinan tersebut berpikir tentang kemaslahatan umum, atau memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan kedudukan yang kelak bisa ia raih. Kebanyakan dari mereka justru berpikir sebaliknya, mengejar jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Popularitas, kehormatan, kedudukan (status social), kekuasaan, kekayaan, dan kemewahan hanyalah sedikit dari sekian banyak kesenangan dunia yang mereka cari. Sungguh langka pemimpin yang jujur dan amanah saat ini, yang mampu menahan dirinya dari godaan syahwat dunia. Duhai seandainya saja mereka mengetahui dan memahami betapa kerasnya ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para pemimpin yang tidak amanah lagi dhalim, tentu mereka akan berpikir dua kali jika ingin melakukan kecurangan atau kedhaliman tersebut.

Disebutkan dalam kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn Al-Hajjaj vol. 1; Syaiban bin Farukh telah memberitahukan kepada kami, Abu Al-Asyhab telah memberitahukan kepada kami, dari Al-Hasan berkata, Ubaidullah Ibnu Ziyad mengunjugi Ma’qil bin Yasar Al-Muzani pada saat sakit menjelang kematiannya. Ma’qil berkata, sesungguhnya saya memberitahukan kepadamu satu hadits yang telah saya dengar dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama. Jika saya mengetahui bahwa saya masih memiliki kehidupan pasti saya tidak akan memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin masyarakatnya, sedangkan pada hari meninggalnya ia dalam keadaan berbuat curang pada mereka maka Allah mengharamkan surga untuknya.” Takhrij hadits oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam kitab Al-Ahkam, Bab; Man Istar’a Ra’iyyatan Falam Yanshah, dengan riwayat yang ringkas (No. 6731 dan No. 6732). Al-Imam Muslim di dalam kitab Al-Maghazi, Bab; Fadhilah Al-Imam Al-‘Adil, wa ‘Uqubah Al-Jaa’ir wa Al-Hatstsu ‘Ala Ar-Rifq bi Ar-Rai’iyyah wa An-Nahyu ‘An Idkhlai Al-Masyaqqah ‘Alaihim (No. 4706 dan No. 4707).

Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawaawi rahimahullaahu memasukkan hadits diatas pada bab; “Pemimpin yang berbuat curang kepada rakyatnya, pemimpin tersebut berhak mendapatkan neraka”. Kemudian beliau rahimahullaahu berkata;

Sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama, “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin masyarakatnya, sedangkan pada hari meninggalnya ia dalam keadaan berbuat curang pada mereka melainkan Allah mengharamkan surga untuknya.” Dalam riwayat lain, “Tidaklah seorang pemimpin yang mengatur urusan kaum muslimin kemudian dia tidak berusaha dengan sungguh-sungguh terhadap mereka dan memberi nasihat (kepada mereka, red) melainkan dia tidak akan masuk surga bersama mereka.

Fiqih hadits yang ada dalam bab ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam sabda beliau, “Allah mengharamkan surga baginya.” Ada dua penafsiran mengenai hal ini, Pertama; Allah mengharamkan surga bagi orang yang menghalalkan perbuatan tersebut. Kedua; Ia tidak akan masuk surga bersama orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Al-Qadhi Iyadh rahimahullaahu berkata, “Makna dari sabda beliau tersebut adalah peringatan keras terhadap pemimpin yang mencurangi urusan kaum muslimin, padahal Allah Ta’ala telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengatur urusan mereka, menegakkan kemashlahatan agama dan dunia mereka. Jika seorang pemimpin berkhianat (tidak bertanggung jawab, ed) terhadap apa yang sudah dipercayakan kepadanya, tidak memberi nasihat, tidak memberikan informasi yang seharusnya mereka ketahui, tidak membela dan menghalangi mereka dari sesuatu yang menyimpang, melalaikan hak mereka, tidak menegakkan hukum, tidak memberikan rasa aman, tidak membantu mereka dari musuh-muuh Islam, tidak berbuat adil kepada mereka, maka pemimpin tersebut telah berbuat curang kepada mereka.”

Al-Qadhi –rahimahullaahu- mengatakan bahwa apa yang disabdakan oleh Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama tersebut merupakan peringatan agar (pemimpin) tidak melakukan kecurangan dan penipuan terhadap urusan kaum muslimin sebab hal tersebut merupakan dosa besar yang dapat membinasakan serta menjauhkan dari Surga, wallaahu a’lam. –selesai kutipan-

Demikianlah ancaman Allah Azza wa Jall terhadap para pemimpin yang curang, sombong dan dhalim. Tidaklah akhirat yang mulia disediakan untuk orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman, “Itulah negeri akhirat yang Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Dan akhir yang baik itu hanya untuk orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashshash: 83)

Al-Hafidh Ibnu Katsir rahimahullaahu berkata dalam tafsirnya: “Allah Ta’ala mengabarkan bahwasanya negeri akhirat dan kenikmatannya yang kekal yang tidak akan pernah lenyap dan musnah, disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang beriman, yang tawadhu’ (merendahkan diri), tidak ingin merasa tinggi di muka bumi yakni tidak menyombongkan diri di hadapan hamba-hamba Allah yang lain, tidak merasa besar, tidak bertindak sewenang-wenang, tidak lalim, dan tidak membuat kerusakan di tengah mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/412]

Mudah-mudahan bisa menjadi perenungan kita bersama.



0 Respones to "Tidaklah Ringan Menjadi Seorang Pemimpin"

Posting Komentar

 

Entri Populer

Recent Comments

Blog Statistic

Return to top of page Copyright © 2007 | Old Nakula