Setiap kali saya pulang ke Cilacap, saya selalu menyempatkan diri membuka kardus (yang saya titipkan) di kamar bapak, sebuah kardus yang berisi beberapa buku yang sarat akan ilmu dan kebaikan –insyaAllah-. Hari itu saya mengambil sebuah kitab/buku yang berjudul Subulus Salaam Syarh Bulughul Maram vol. 3, Kitab Jami’, karya Al-Imam Muhammad bin Ismail bin Shalah Al-Amir Al-Kahlani Ash-Shan’ani rahimahullaahu (wafat; 1182 H). Kemudian saya buka syarah hadits No. 1430 yang berbunyi;
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu Ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah Allah –Azza wa Jall- tambahkan bagi seorang hamba yang suka memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tidaklah seorang bersikap tawadhu’ terhadap orang lain karena Allah –Azza wa Jall- melainkan Allah Ta’ala akan meninggikan derajatnya.” [HR. Muslim No. 2588]
Dan berikut adalah syarah/penjelasan haditsnya, mudah-mudahan bermanfaat.
Tafsir Hadits;
Para ulama menafsirkan kalimat “Tidak mengurangi harta” [1] dengan dua tafsiran;
[a]. Allah –Azza wa Jall- akan memberkahi hartanya, akan menghindarkannya dari kerugian sehingga kekurangan yang terjadi dalam bentuk kongkrit ditutupi oleh Allah Ta’ala dengan keberkahan yang abstrak
[b]. Si pelaku akan mendapatkan ganjaran pahala dari sedekah sebagai pengganti berkurangnya harta yang ia sedekahkan. Jadi seolah-olah sedekah itu tidak pernah mengurangi hartanya, karena Allah akan menuliskan untuknya kebaikan yang dilipatgandakan mulai dari sepuluh kali lipat hingga berlipat-lipat ganda yang lebih banyak
Menurut saya (pensyarah, i.e Al-Imam Ash-Shan’ani, red) ada makna yang ketiga yaitu;
[c]. Atau Allah –Azza wa Jall- akan menggantikan kembali harta yang telah ia sedekahkan sehingga hartanya tidak terlihat berkurang bahkan boleh jadi hartanya akan bertambah banyak dari yang semula. Ini semua berdasarkan firman Allah Ta’ala;
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya…” (QS. Saba’; 39)
Hal ini dapat dibuktikan dengan realita dan pengalaman.
Sabda beliau –Shallallaahu ‘alaihi wa sallama, “Tidaklah Allah Ta’ala tambahkan bagi seorang hamba yang suka memaafkan melainkan kemuliaan” [2] merupakan dorongan untuk senantiasa memberikan maaf kepada orang yang menyakiti dirinya dan tidak membalasnya dengan perbuatan jelek yang sama, walaupun hal itu dibolehkan [3]. Allah Ta’ala berfirman;
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syuraa’; 40)
Demikian juga Allah Ta’ala akan memasukkan rasa hormat dan mulia di hati masyarakat terhadap seorang pema’af karena dengan penilaian yang fair dapat diperkirakan bahwa orang seperti ini akan dihormati dan terjaga serta dimuliakan. Disamping itu, ada kemungkinan (hal ini) juga tidak akan membuat seseorang mulia. Untuk menampik kemungkinan-kemungkinan tersebut Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama menegaskan bahwa memberi maaf pasti akan menambah kemuliaan seseorang.
Sabda beliau, “Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ terhadap orang lain karena Allah” [4] yaitu karena mengharapkan sesuatu yang telah disiapkan Allah untuk orang-orang yang tawadhu’ “melainkan Allah Ta’ala akan meninggikan derajatnya”. Ini merupakan dalil/hujjah bahwa sikap tawadhu’ atau rendah hati adalah yang menjadikan sebab naiknya derajat seseorang secara mutlak baik di dunia maupun di akhirat.
Hadits ini memberikan dorongan untuk banyak bersedekah, memberikan maaf dan bersikap rendah hati karena sikap-sikap ini merupakan inti dari akhlak yang mulia. [Subulus Salaam Syarh Bulughul Maram, vol. 3, hadits No. 1430]
Sumber tambahan: www.muslim.or.id
Catatan Kaki;
[1]. Makna lain dari kalimat “tidak berkurangnya harta dengan sedekah” adalah dengan tambahan keberkahan yang Allah Ta’ala jadikan pada harta dan terhindarnya harta dari hal-hal yang akan merusaknya di dunia, juga dengan didapatkannya pahala dan tambahan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah Ta’ala di akhirat kelak, meskipun harta tersebut berkurang secara kasat mata. [Syarhu shahihi Muslim (16/141) dan Faidhul Qadiir (5/503)]
[2] Makna lain dari “bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf” di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Ta’ala. [Syarah shahih Muslim (16/141) dan Tuhfatul ahwadzi (6/150)]
[3]. Mengenai hal ini dijelaskan oleh Al-Imam Ash-Shan’ani pada syarah hadits yang lain. Hanya sayang, saya lupa mencatatnya kemarin. Mungkin pada kesempatan yang lain bisa ditambahkan.
[4]. Arti tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah adalah merendahkan diri dari kedudukan yang semestinya pantas bagi dirinya, untuk tujuan menghilangkan sifat ujub dan bangga terhadap diri sendiri, dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya, dan bukan untuk kepentingan duniawi. [Tuhfatul ahwadzi (6/150) dan Faidhul Qadiir (5/503)]
0 Respones to "Gemar Bersedekah, Pema’af dan Rendah Hati (Tawadhu’)"
Posting Komentar