”Kalau betul kaum luth
dihujani batu karena lesbianisme, kenapa Tuhan tak melakukan hal yang sama
sekarang pada mereka? Koq mereka aman-aman saja?”, demikian “ocehan” sang
pendiri JIL sekaligus tokoh utamanya, Ulil Abshar Abdala. Barangkali yang
dimaksud olehnya adalah azab Allah ‘Azza wa Jalla dalam firman-Nya, “Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke
bawah (Kami balikkan) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Huud: 82) atau firman-Nya; “Dan Kami
turunkan hujan i.e kepada kaum Luth (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang
ditimpakan atas orang-orang yang diberikan peringatan itu.” (QS. An-Naml: 58)
Statementnya memang tidak
pernah sepi dari kontroversi. Ia dikenal sebagai sosok yang gemar melabeli orang-orang
yang berseberangan dengannya dengan atribut “radikal”, “ekstimis” dll. Di sisi
lain ia juga terkenal “hobi” memelintir ayat-ayat Allah dan menakwilkan maknanya
sesuai akal dan hawa nafsunya. Coba rekan-rekan perhatikan sekali lagi “igauan”
sang “pejuang” HAM dan pengusung kebebasan itu di atas, kemudian bandingkan
dengan ucapan berikut, “Kalau memang kaum gay atau lesbian itu salah (berdosa)
dan layak mendapatkan azab Allah Ta’ala sebagaimana kaum nabi Luth terdahulu
yang Allah hujani dengan batu panas (akibat
penyimpangan mereka, red), lantas kenapa Allah tidak melakukan hal yang sama
kepada mereka hari ini?. Toh faktanya mereka aman-aman saja kan?.” Kalau kita cermati, makna
inilah yang –secara tersirat- ingin disampaikan oleh tokoh kontroversial tersebut melalui statementnya di atas. Kalau
akal dan filsafat lebih dikedepankan daripada wahyu Illahi, ya begitulah akhirnya,
rusak!. Maka tidaklah aneh jika al-Imam asy-Syafi’i –raheemahullaahu- jauh-jauh
hari mewanti-wanti kita agar berhati-hati dari racun ini (i.e filsafat/ ilmu
kalam, red); Imam Harawi meriwayatkan dari Yunus al-Mishri, katanya, Imam
Syafi’i رحمه الله pernah berkata: “Seandainya Allah عزّوجلّ memberikan cobaan (ujian) kepada
seseorang, sehingga ia melakukan larangan-larangan Allah عزّوجلّ selain syirik,
hal itu masih lebih bagus dari pada ia mendapati cobaan (ujian) dengan
terperosok pada Ilmu Kalam.” (Ibn Abi Hatim, Manaqib asy-Syafi’i, hal. 182)
Secara eksplisit, Ucapan
Pak Ulil itu sejatinya bernada tantangan, “Kalau memang benar kaum gay/ lesbian
(homoseks) itu (layak) diazab, silahkan tunjukkan buktinya!”, kurang lebih
begitu. Ada sedikit kemiripan (kalau
tidak mau dibilang “persis”, red) dengan ucapan orang-orang kafir terdahulu
yang selalu mendustakan risalah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama;
وَيَقُولُونَ
مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (71
“Bilakah datangnya azab
itu, jika memang kamu orang-orang yang benar?.” (QS. An-Naml: 71)
al-‘Allamah as-Sa’dy –raheemahullaahu-
menjelaskan;
ويقول
المكذبون بالمعاد وبالحق الذي جاء به الرسول مستعجلين للعذاب: ( مَتَى هَذَا الْوَعْدُ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ) وهذا من سفاهة رأيهم وجهلهم فإن وقوعه ووقته قد أجله الله
بأجله وقدره بقدر، فلا يدل عدم استعجاله على بعض مطلوبهم ولكن -مع هذا- قال تعالى محذرا
لهم وقوع ما استعجلوه: ( قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ ) أي: قرب منكم وأوشك
أن يقع بكم ( بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ ) من العذاب
“Dan orang-orang yang
mendustakan itu berkata tentang kebangkitan dan kebenaran yang dibawa oleh
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallama seraya meminta agar azab segera menimpanya, ‘Bilakah
datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar?’. Ini
merupakan kepicikan pikiran dan kebodohan mereka; sebab sesungguhnya terjadinya
azab dan waktunya telah ditangguhkan oleh Allah pada waktu yang telah ditentukan
dan telah ditetapkan berdasarkan ketetapanNya. Sehingga tidak menunjukkan
ketidaksegeraanNya mewujudkan permintaan mereka. Sekalipun demikian Allah Ta’ala
berfirman dengan nada mengingatkan mereka akan terjadinya apa yang mereka minta
untuk disegerakan.
“Katakanlah, ‘Mungkin telah hampir datang kepadamu’. Maksudnya; sudah dekat dari kalian, atau sudah hampir menimpa kalian, ‘Sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu.’ Yaitu berupa azab (siksaan).” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 5, juz. 20)
Beliau –raheemahullaahu-
juga menjelaskan dalam tafsir ayat yang lain (i.e QS. Yunus: 48-49);
فليحذر
المكذبون لك من مشابهة الأمم المهلكين، فيحل بهم ما حل بأولئك ولا يستبطئوا العقوبة
ويقولوا: ( مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ) فإن هذا ظلم منهم، حيث
طلبوه من النبي صلى الله عليه وسلم، فإنه ليس له من الأمر شيء، وإنما عليه البلاغ والبيان
للناس وأما حسابهم وإنزال العذاب عليهم، فمن الله تعالى، ينزله عليهم إذا جاء الأجل الذي أجله فيه، والوقت الذي
قدره فيه، الموافق لحكمته الإلهية فإذا جاء ذلك الوقت لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون،
فليحذر المكذبون من الاستعجال بالعذاب، فإنهم مستعجلون بعذاب الله الذي إذا نزل لا
يرد بأسه عن القوم المجرمين، ولهذا قال :
“Hendaklah orang-orang yang mendustakanmu (i.e Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa sallama) mewaspadai sikap menyerupai umat-umat yang dibinasakan
sehingga mereka bisa ditimpa azab yang telah menimpa mereka (yang terdahulu),
janganlah menantang azab Allah dan mengatakan, ‘Bilakah datangnya (ancaman)
itu, jika memang kamu orang-orang yang benar?. Karena ini adalah kezhaliman
dari mereka dimana mereka menuntutnya dari Nabi (kalau case hari ini; JIL dan
kaum homoseks menuntutnya (i.e bukti azab itu) dari orang-orang yang menasihati
mereka, red), padahal dia (Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallama) tidak memiliki
hak sedikitpun dalam urusan ini, tugasnya hanyalah menyampaikan dan menjelaskan
kepada manusia. Adapun hisab mereka dan penurunan azab atas mereka maka ia dari
Allah, Dia menurunkannya kepada mereka jika tiba waktu dan saat yang
ditentukan dan diletakkan olehNya yang sesuai dengan hikmah Ilahiyah. Jika
waktu tersebut telah hadir maka mereka tidak bisa menunda dan memajukannya
(barang) sesaat pun. Orang-orang yang mendustakan hendaklah mewaspadai sikap
menuntut turunnya azab karena mereka menuntut disegerakannya azab Allah yang
mana jika ia turun maka azabNya tidak tertolak dari orang-orang yang berdosa.
Oleh karena itu Dia berfirman;
قُلْ
أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ
مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ (50) أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِهِ آلآنَ وَقَدْ
كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ (51) ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ
الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (52
“Katakanlah, ‘Terangkan
kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaanNya di waktu malam atau siang
hari, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga?. Kemudian
apakah setelah terjadinya (azab itu), kamu baru mempercayainya?. Apakah
sekarang (baru kamu mempercayai), padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya
disegerakan?’. Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zhalim (musyrik) itu,
‘Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal, tidaklah kamu diberikan balasan
melainkan apa yang telah kamu kerjakan.’” (QS. Yunus: 50-52)
Beliau –raheemahullahu-
melanjutkan penjelasannya;
( أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِهِ ) فإنه لا ينفع الإيمان
حين حلول عذاب الله، ويقال لهم توبيخًا وعتابًا في تلك الحال التي زعموا أنهم يؤمنون،
(
آلآنَ ) تؤمنون في حال الشدة والمشقة؟ ( وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ ) فإن
سنة الله في عباده أنه يعتبهم إذا استعتبوه قبل وقوع العذاب، فإذا وقع العذاب لا ينفع
نفسًا إيمانها، كما قال تعالى عن فرعون، لما أدركه الغرق
قَالَ
آمَنْتُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ وأنه يقال له:
آلآنَ
وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
وقال
تعالى: فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ
لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وقال هنا: ( أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ
بِهِ آلآنَ ) تدعون الإيمان ( وَقَدْ كُنْتُمْ
بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ ) فهذا ما عملت أيديكم، وهذا ما استعجلتم به.
“’Kemudian apakah
setelah terjadinya (azab itu), kamu baru mempercayainya?’, Iman tidak lagi
berguna pada waktu azab Allah turun. Dikatakan kepada mereka sebagai bentuk
penyalahan dan pencacian dalam kondisi tersebut yang mana mereka mengaku
beriman (note: persis seperti apa yang dikatakan kaum JIL itu. Kalau mereka
ditanya, “Apakah anda beriman?”, niscaya mereka akan menjawab “Ya, kami beriman”.
Padahal banyak hal dari ayat-ayat Allah Ta’ala yang mereka dustakan dan
simpangkan maknanya, red). ‘Apakah sekarang’, kamu beriman dalam kondisi
sulit dan susah?. ‘Padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya
disegerakan?’. Karena sunnah Allah yang berlaku bagi hamba-hambaNya adalah
bahwa Dia memperingatkan mereka ketika mereka minta diturunkan peringatan
sebelum azab itu turun dan jika azab telah turun, maka iman seseorang tidak
lagi berguna sebagaimana firman Allah tentang Fir’aun pada saat dia tenggelam;
قَالَ
آمَنْتُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
“Berkatalah dia, ‘Saya
percaya bahwa tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Rabb yang
dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).” (QS. Yunus: 90)
Maka dikatakan kepadanya;
آلآنَ
وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Apakah sekarang (baru kamu
percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?.” (QS. Yunus: 91)
Dan Allah Ta’ala berfirman;
فَلَمْ
يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي
قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ
“Maka iman mereka tiada
berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah
Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hambaNya.” (QS. Al-Mu’min: 85)
Disini Allah Ta’ala berfirman, ‘Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), kamu baru mempercayainya?’. ‘Apakah sekarang’, kamu mengaku beriman, ‘Padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya disegerakan?’. Ini adalah akibat perbuatanmu, inilah yang kamu tuntut agar disegerakan.” (Taiseer al-Kareem ar-Rahman vol. 3, juz. 11)
Kalau saja orang-orang JIL
dan kawan-kawannya itu mau memahami dan menghayati ayat-ayat diatas tanpa menakwilkan
maknanya, mungkin mereka bisa mengambil pelajaran. Sebagai penutup, mari kita
jawab pertanyaan/ pernyataan dari Pak Ulil di atas, i.e; “Kenapa Tuhan tak melakukan hal
yang sama (i.e mengirimkan hujan batu) sekarang pada mereka (i.e kaum homoseks)?”.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala Yang Mahasuci lagi Mahatinggi berfirman;
وَلَوْ
يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ
أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
(11
“Dan kalau sekiranya Allah
menyegerakan keburukan bagi manusia sebagaimana permintaan mereka untuk
menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan
orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bingung di dalam
kesesatan mereka.” (QS. Yunus: 11)
al-‘Allamah as-Sa’dy –semoga
Allah Ta’ala merahmatinya- menjelaskan;
وهذا
من لطفه وإحسانه بعباده، أنه لو عجل لهم الشر إذا أتوا بأسبابه، وبادرهم بالعقوبة على
ذلك، كما يعجل لهم الخير إذا أتوا بأسبابه ( لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ ) أي:
لمحقتهم العقوبة، ولكنه تعالى يمهلهم ولا يهملهم، ويعفو عن كثير من حقوقه، فلو يؤاخذ
الله الناس بظلمهم ما ترك على ظهرها من دابة ويدخل في هذا، أن العبد إذا غضب على أولاده
أو أهله أو ماله، ربما دعا عليهم دعوة لو قبلت منه لهلكوا، ولأضره ذلك غاية الضرر،
ولكنه تعالى حليم حكيم وقوله: ( فَنَذَرُ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ) أي:
لا يؤمنون بالآخرة، فلذلك لا يستعدون لها، ولا يعلمون ما ينجيهم من عذاب الله، ( فِي
طُغْيَانِهِمْ ) أي: باطلهم، الذي جاوزوا به الحق والحد ( يَعْمَهُونَ ) يترددون حائرين، لا يهتدون السبيل،
ولا يوفقون لأقوم دليل، وذلك عقوبة لهم على
ظلمهم، وكفرهم بآيات الله
“Ini termasuk kasih sayang dan
kebaikan Allah kepada hamba-hambaNya bahwa seandainya Dia menyegerakan
keburukan dan hukuman kepada mereka (jika mereka melakukan sebab-sebabnya)
sebagaimana Dia menyegerakan kebaikan kepada mereka (jika mereka melakukan
sebab-sebabnya), ‘pastilah diakhiri umur mereka’, Yakni hukuman itu akan
membinasakan mereka, akan tetapi Allah memberi tempo kepada mereka, dan
tidak melalaikan mereka, Dia memaafkan banyak hak-hakNya, seandainya Dia
menghukum manusia karena kezhalimannya, pastilah Dia tidak membiarkan seorang
hamba pun di muka bumi, termasuk dalam hal ini adalah bahwa seorang hamba
jika ia marah kepada anak-anaknya atau keluarganya atau hartanya bisa saja dia
mendoakan tidak baik yang mungkin saja jika dikabulkan pastilah mereka binasa,
dan hal itu sangat merugikannya, akan tetapi Allah Mahabijaksana dan
Mahalembut.
FirmanNya, ‘Maka Kami
biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami.’ Yakni tidak
beriman kepada akhirat, oleh karena itu dia tidak bersiap-siap untuknya dan melakukan
apa yang menyelamatkan mereka dari azab Allah. FirmanNya, ‘Bingung di dalam
kesesatan mereka’, yakni kebatilan dimana mereka melebihi batas-batas
kebenaran, ‘bingung’, mondar-mandir kebingungan, tidak mengetahui jalan, tidak
dibimbing kepada jalan yang lurus. Hal itu sebagai hukuman kepada mereka atas
kezhaliman dan kekufuran mereka kepada ayat-ayat Allah.” (Taiseer al-Kareem
ar-Rahman vol. 3, juz. 11)
Jika mereka bertanya, “Kapan??”,
kita jawab; Azab Allah adalah sesuatu yang ghaib yang hanya Dia Subhaanahu wa
Ta’ala sendiri yang mengetahui. فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ
لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ “Maka katakanlah, ‘Sesungguhnya
yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu (tunggu) sajalah olehmu, sesungguhnya
aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.” (QS. Yunus: 20).
Wallaahu Subhaanahu wa Ta’ala
a’lamu.
SAY NO TO JIL!, the
destruction’s more than Drugs!.
___________
Labels: Ad-Dien
3 Respones to "Mereka Bertanya Bilakah Azab Allah Ta’ala Itu Datang"
Tulisan yg bagus. Tlg dikoreksi penulisan guy seharusnya gay.tks
11 Mei 2012 pukul 00.18
Jazzakallaahu khairan katsira Kang Acim atas koreksinya. Alhamdulillah sudah saya update. Hatur nuhun pisan,...
4 Juli 2012 pukul 19.37
ini cuma pendapat dan apa yg saya rasakan,:
Kenapa JIL blm mendapat adzab, karna menurut sya ini adalah bagian dari fitnah dajal, Allah sedang menyeleksi umat Islam, untuk lebih mengukatkan iman dan mempelajari islam dengan hidayah Nya, ,
27 Maret 2013 pukul 04.15
Posting Komentar