Si A bilang, “Rekan-rekan kantor saya adalah sahabat terbaik saya”. Si B bilang, “Keluarga, istri/suami saya adalah sahabat terbaik saya saat ini” dan seterusnya. May be yes may be no, bisa jadi benar bisa jadi salah. Menurut pendapat si A atau si B mereka adalah yang terbaik, namun apakah demikian menurut (pandangan) orang lain?. Berbicara mengenai teman yang terbaik, bagaimana dengan orang-orang yang Allah Tabaaraka wa Ta’ala sebutkan dalam firmanNya berikut?:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69 ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا (70
“Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin (orang-orang shalih). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukup Allah sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 69-70).
Tak diragukan lagi, merekalah sebaik-baik teman yang ada di dunia dan juga di akhirat kelak. Jika rekan-rekan kantor si A adalah orang-orang yang shalih, maka pernyataan si A kalau mereka adalah sahabat terbaiknya tidaklah salah. Begitu pula dengan si B, jika keluarga, istri/suaminya adalah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya, maka pernyataan si B diatas tidaklah salah. Allah Ta’ala mengatakan bahwa berteman dengan mereka (i.e anbiya, shiddiqin, syuhada dan shalihin) merupakan sebuah karunia. Berkata asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy –raheemahullaahu- ketika menjelaskan ayat diatas:
أي: كل مَنْ أطاع الله ورسوله على حسب حاله وقدر الواجب عليه من ذكر وأنثى وصغير وكبير، ( فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ) أي: النعمة العظيمة التي تقتضي الكمال والفلاح والسعادة ( مِنَ النَّبِيِّينَ ) الذين فضلهم الله بوحيه، واختصهم بتفضيلهم بإرسالهم إلى الخلق، ودعوتهم إلى الله تعالى ( وَالصِّدِّيقِينَ ) وهم: الذين كمل تصديقهم بما جاءت به الرسل، فعلموا الحق وصدقوه بيقينهم، وبالقيام به قولا وعملا وحالا ودعوة إلى الله، ( وَالشُّهَدَاءِ ) الذين قاتلوا في سبيل الله لإعلاء كلمة الله فقتلوا، ( وَالصَّالِحِينَ ) الذين صلح ظاهرهم وباطنهم فصلحت أعمالهم، فكل من أطاع الله تعالى كان مع هؤلاء في صحبتهم ( وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا ) بالاجتماع بهم في جنات النعيم والأنْس بقربهم في جوار رب العالمين.
( ذَلِكَ الْفَضْلُ ) الذي نالوه ( مِنَ اللَّهِ ) فهو الذي وفقهم لذلك، وأعانهم عليه، وأعطاهم من الثواب ما لا تبلغه أعمالهم.
( وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا ) يعلم أحوال عباده ومن يستحق منهم الثواب الجزيل، بما قام به من الأعمال الصالحة التي تواطأ عليها القلب والجوارح.
[69] “Maksudnya, setiap orang yang mentaati Allah dan RasulNya sesuai dengan kondisinya dan kadar kewajiban atasnya baik laki-laki atau perempuan, anak kecil atau orang dewasa ( فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ) “mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah” yaitu kenikmatan agung yang menuntut kesempurnaan, kemenangan dan kebahagiaan ( مِنَ النَّبِيِّينَ ) “yaitu: para Nabi” orang-orang yang dimuliakan oleh Allah (Subhaanahu wa Ta’ala) dengan wahyuNya dan mengkhususkan mereka dengan kemuliaan itu dengan cara mengutus mereka kepada makhlukNya dan menyeru mereka kepada Allah ( وَالصِّدِّيقِينَ ) “para shiddiqin” mereka itu adalah orang-orang yang kepercayaan mereka sempurna terhadap apa yang dibawa para Rasul, mereka mengetahui kebenaran dan mempercayainya dengan keyakinan diri mereka serta merealisasikannya dengan perkataan, perbuatan, keadaan dan berdakwah kepada Allah, ( وَالشُّهَدَاءِ ) “Syuhada” yaitu orang-orang yang berperang di jalan Allah demi meninggikan agama Allah lalu mereka terbunuh, ( وَالصَّالِحِينَ ) “dan orang-orang shalih” yaitu orang-orang yang baik lahir dan batin mereka, lalu baik pula perbuatan mereka, maka setiap orang yang mentaati Allah Subhaanahu wa Ta’ala niscaya akan bersama orang-orang tersebut dan menjadi teman mereka, ( وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا ) “dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” yakni dengan berkumpul bersama mereka di surga yang penuh dengan kenikmatan, dan kesenangan dekat dengan mereka pada sisi Rabb semesta alam.
[70] ذَلِكَ الْفَضْلُ ) ) “Yang demikian itu adalah karunia” apa yang mereka peroleh, ( مِنَ اللَّهِ ) “dari Allah” karena Dialah yang membimbing mereka kepada hal tersebut dan menolong mereka atasnya, kemudian memberikan kepada mereka pahala yang tidak mampu diraih oleh amal-amal mereka (وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا) “dan cukuplah Allah sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui”. Dia mengetahui kondisi hamba-hambaNya dan mengetahui orang-orang yang berhak memperoleh pahala yang melimpah karena apa yang telah mereka lakukan dari perbuatan-perbuatan (amal) shalih yang berkorelasi antara hati dan tubuh.” [Taisir al-Karim ar-Rahman Fii Tafsir Kalam al-Mannan vol. 1 juz. 10]
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
« مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً »
“Permisalan teman yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya, dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan pendek bahwa “Berteman dengan orang yang shalih/baik is a must!”. Wallaahu a’lam.
0 Respones to "Merekalah Sebaik-Baik Teman"
Posting Komentar